31 January 2014

Kitab Ayub Selesai!

Tanpa terasa dalam satu bulan ini kita sudah menyelesaikan dua kitab dari Alkitab, yaitu kitab Kejadian dan kitab Ayub.

Di bulan Februari, kita akan menyelesaikan kitab Keluaran, sebagian kitab Bilangan dan seluruh kitab Imamat.

Selamat mendengar suara Tuhan setiap hari, dan tetap semangat!

31 Januari - Ayub menyesal dan mencabut perkataannya, Tuhan memulihkan keadaan Ayub

31 Januari – Ayub 41:1-42:17

Lukisan tentang buaya
"Dapatkah engkau menarik buaya dengan kail,
atau mengimpit lidahnya dengan tali?
Dapatkah engkau mengenakan tali rotan pada hidungnya,
mencocok rahangnya dengan kaitan?
Mungkinkah ia mengajukan banyak permohonan belas kasihan kepadamu,
atau berbicara dengan lemah lembut kepadamu?
Mungkinkah ia mengikat perjanjian dengan engkau,
sehingga engkau mengambil dia menjadi hamba untuk selama-lamanya?
Dapatkah engkau bermain-main dengan dia seperti dengan burung,
dan mengikat dia untuk anak-anakmu perempuan?
Mungkinkah kawan-kawan nelayan memperdagangkan dia,
atau membagi-bagikan dia di antara pedagang-pedagang?
Dapatkah engkau menusuki kulitnya dengan serampang,
dan kepalanya dengan tempuling?
Letakkan tanganmu ke atasnya! Ingatlah pertarungannya!
--Engkau takkan melakukannya lagi!
Sesungguhnya, harapanmu hampa!
Baru saja melihat dia, orang sudah terbanting.
Orang yang nekatpun takkan berani membangkitkan marahnya.
Siapakah yang dapat bertahan di hadapan Aku?
Siapakah yang menghadapi Aku, yang Kubiarkan tetap selamat?
Apa yang ada di seluruh kolong langit,
adalah kepunyaan-Ku.
Aku tidak akan berdiam diri tentang anggota-anggota badannya,
tentang keperkasaannya dan perawakannya yang tampan.
Siapakah dapat menyingkapkan pakaian luarnya?
Baju zirahnya yang berlapis dua, siapakah dapat menembusnya?
Siapa dapat membuka pintu moncongnya?
Di sekeliling giginya ada kengerian.
Punggungnya adalah perisai-perisai yang bersusun,
terlekat rapat seperti meterai.
Rapat hubungannya yang satu dengan yang lain,
sehingga angin tidak dapat masuk;
yang satu melekat pada yang lain,
bertautan tak terceraikan lagi.
Bersinnya menyinarkan cahaya,
matanya laksana merekahnya fajar.
Dari dalam mulutnya keluar suluh,
dan berpancaran bunga api.
Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap
bagaikan dari dalam belanga yang mendidih dan menggelegak isinya.
Nafasnya menyalakan bara,
dan nyala api keluar dari dalam mulutnya.
Di dalam tengkuknya ada kekuatan;
ketakutan berlompatan di hadapannya.
Daging gelambirnya berlekatan, melekat padanya, tidak tergerak.
Hatinya keras seperti batu,
keras seperti batu kilangan bawah.
Bila ia bangkit, maka semua yang berkuasa menjadi gentar,
menjadi bingung karena ketakutan.
Bila ia diserang dengan pedang, ia tidak mempan,
demikian juga dengan tombak, seligi atau lembing.
Besi dirasanya seperti jerami,
tembaga seperti kayu lapuk.
Anak panah tidak dapat menghalau dia,
batu umban seolah-olah berubah padanya menjadi jerami.
Gada dianggapnya jerami
dan ia menertawakan desingan lembing.
Pada bagian bawahnya ada tembikar yang runcing;
ia membujur di atas lumpur seperti pengeretan pengirik.
Lubuk dibuatnya berbual-bual seperti periuk,
laut dijadikannya tempat memasak campuran rempah-rempah.
Ia meninggalkan jejak yang bercahaya,
sehingga samudera raya disangka orang rambut putih.
Tidak ada taranya di atas bumi;
itulah makhluk yang tidak mengenal takut.
Segala yang tinggi takut kepadanya; ia adalah raja atas segala binatang yang ganas."

Ayub mencabut perkataannya dan menyesalkan diri
Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Firman-Mu: Siapakah dia
yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?
Itulah sebabnya, tanpa pengertian
aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku
dan yang tidak kuketahui.
Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman;
Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,
tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku
dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Keadaan Ayub dipulihkan
Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub." Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat. Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.


30 January 2014

30 Januari - Jawaban TUHAN kepada Ayub

30 Januari – Ayub 38:1-40:24

JAWAB TUHAN KEPADA AYUB (PASAL 38-42)

Kekuasaan TUHAN di alam semesta
Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:
"Siapakah dia yang menggelapkan keputusan
dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?
Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau,
supaya engkau memberitahu Aku.

Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?
Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!
Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?
Bukankah engkau mengetahuinya?
--Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya?
Atas apakah sendi-sendinya dilantak,
dan siapakah yang memasang batu penjurunya
pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama,
dan semua anak Allah bersorak-sorai?
Siapa telah membendung laut dengan pintu,
ketika membual ke luar dari dalam rahim?
-- ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya
dan kekelaman menjadi kain bedungnya;
ketika Aku menetapkan batasnya,
dan memasang palang dan pintu;
ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat,
di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!

Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari
atau fajar kautunjukkan tempatnya
untuk memegang ujung-ujung bumi,
sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya?
Bumi itu berubah seperti tanah liat yang dimeteraikan,
segala sesuatu berwarna seperti kain.
Orang-orang fasik dirampas terangnya,
dan dipatahkan lengan yang diacungkan.

Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut,
atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya?
Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu,
atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?
Apakah engkau mengerti luasnya bumi?
Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.

Di manakah jalan ke tempat kediaman terang,
dan di manakah tempat tinggal kegelapan,
sehingga engkau dapat mengantarnya ke daerahnya,
dan mengetahui jalan-jalan ke rumahnya?
Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir,
dan jumlah hari-harimu telah banyak!

Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju,
atau melihat perbendaharaan hujan batu,
yang Kusimpan untuk masa kesesakan,
untuk waktu pertempuran dan peperangan?
Di manakah jalan ke tempat terang berpencar,
ke tempat angin timur bertebar ke atas bumi?
Siapakah yang menggali saluran bagi hujan deras
dan jalan bagi kilat guruh,
untuk memberi hujan ke atas tanah di mana tidak ada orang,
ke atas padang tandus yang tidak didiami manusia;
untuk mengenyangkan gurun dan belantara,
dan menumbuhkan pucuk-pucuk rumput muda?
Apakah hujan itu berayah?
Atau siapakah yang menyebabkan lahirnya titik air embun?
Dari dalam kandungan siapakah keluar air beku,
dan embun beku di langit, siapakah yang melahirkannya?
Air membeku seperti batu,
dan permukaan samudera raya mengeras.

Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika,
dan membuka belenggu bintang Belantik?
Dapatkah engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya,
dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring-pengiringnya?
Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit?
atau menetapkan pemerintahannya di atas bumi?
Dapatkah engkau menyaringkan suaramu sampai ke awan-awan,
sehingga banjir meliputi engkau?
Dapatkah engkau melepaskan kilat, sehingga sabung-menyabung,
sambil berkata kepadamu: Ya?
Siapa menaruh hikmat dalam awan-awan
atau siapa memberikan pengertian kepada gumpalan mendung?
Siapa dapat menghitung awan dengan hikmat,
dan siapa dapat mencurahkan tempayan-tempayan langit,
ketika debu membeku menjadi logam tuangan,
dan gumpalan tanah berlekat-lekatan?
Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa betina,
dan memuaskan selera singa-singa muda,
kalau mereka merangkak di dalam sarangnya,
mengendap di bawah semak belukar?
Siapakah yang menyediakan mangsa bagi burung gagak,
apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah,
berkeliaran karena tidak ada makanan?
Apakah engkau mengetahui waktunya kambing gunung beranak,
atau mengamat-amati rusa waktu sakit beranak?
Dapatkah engkau menghitung berapa lamanya sampai genap bulannya,
dan mengetahui waktunya beranak?
Dengan membungkukkan diri mereka melahirkan anak-anaknya,
dan mengeluarkan isi kandungannya.
Anak-anaknya menjadi kuat dan besar di padang,
mereka pergi dan tidak kembali lagi kepada induknya.
Siapakah yang mengumbar keledai liar,
atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang?
Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring;
ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,
dan mencari apa saja yang hijau.

Apakah lembu hutan mau takluk kepadamu,
atau bermalam dekat palunganmu?
Dapatkah engkau memaksa lembu hutan mengikuti alur bajak dengan keluan,
atau apakah ia akan menyisir tanah lembah mengikuti engkau?
Percayakah engkau kepadanya, karena kekuatannya sangat besar? Atau kauserahkankah kepadanya pekerjaanmu yang berat?
Apakah engkau menaruh kepercayaan kepadanya,
bahwa ia akan membawa pulang hasil tanahmu,
dan mengumpulkannya di tempat pengirikanmu?

Dengan riang sayap burung unta berkepak-kepak,
tetapi apakah kepak dan bulu itu menaruh kasih sayang?
Sebab telurnya ditinggalkannya di tanah,
dan dibiarkannya menjadi panas di dalam pasir,
tetapi lupa, bahwa telur itu dapat terpijak kaki,
dan diinjak-injak oleh binatang-binatang liar.
Ia memperlakukan anak-anaknya dengan keras seolah-olah bukan anaknya sendiri;
ia tidak peduli, kalau jerih payahnya sia-sia,
karena Allah tidak memberikannya hikmat,
dan tidak membagikan pengertian kepadanya.
Apabila ia dengan megah mengepakkan sayapnya,
maka ia menertawakan kuda dan penunggangnya.

Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda?
Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya?
Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang?
Ringkiknya yang dahsyat mengerikan.
Ia menggaruk tanah lembah dengan gembira,
dengan kekuatan ia maju menghadapi senjata.
Kedahsyatan ditertawakannya, ia tidak pernah kecut hati,
dan ia pantang mundur menghadapi pedang.
Di atas dia tabung panah gemerencing, tombak dan lembing gemerlapan;
dengan garang dan galak dilulurnya tanah,
dan ia meronta-ronta kalau kedengaran bunyi sangkakala;
ia meringkik setiap kali sangkakala ditiup;
dan dari jauh sudah diciumnya perang, gertak para panglima dan pekik.

Oleh pengertianmukah burung elang terbang,
mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?
Atas perintahmukah rajawali terbang membubung,
dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu
dan di gunung yang sulit didatangi.
Dari sana ia mengintai mencari mangsa,
dari jauh matanya mengamat-amati;
anak-anaknya menghirup darah,
dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."

Ayub merendahkan diri di hadapan Allah
Maka jawab TUHAN kepada Ayub: (39-35)
"Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa?
Hendaklah yang mencela Allah menjawab!"

Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina;
jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan.
Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi;
bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan."

TUHAN menantang Ayub
Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:
"Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau,
dan engkau memberitahu Aku.
Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku,
mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?
Apakah lenganmu seperti lengan Allah,
dan dapatkah engkau mengguntur seperti Dia?
Hiasilah dirimu dengan kemegahan dan keluhuran,
kenakanlah keagungan dan semarak!
Luapkanlah marahmu yang bergelora;
amat-amatilah setiap orang yang congkak
dan rendahkanlah dia!
Amat-amatilah setiap orang yang congkak, tundukkanlah dia,
dan hancurkanlah orang-orang fasik di tempatnya!
Pendamlah mereka bersama-sama dalam debu,
kurunglah mereka di tempat yang tersembunyi.
Maka Akupun akan memuji engkau,
karena tangan kananmu memberi engkau kemenangan."

Lukisan tentang kuda Nil
"Perhatikanlah kuda Nil, yang telah Kubuat seperti juga engkau.
Ia makan rumput seperti lembu.
Perhatikanlah tenaga di pinggangnya,
kekuatan pada urat-urat perutnya!
Ia meregangkan ekornya seperti pohon aras,
otot-otot pahanya berjalin-jalinan.
Tulang-tulangnya seperti pembuluh tembaga,
kerangkanya seperti batang besi.
Dia yang pertama dibuat Allah,
makhluk yang diberi-Nya bersenjatakan pedang;
ya, bukit-bukit mengeluarkan hasil baginya,
di mana binatang-binatang liar bermain-main.
Di bawah tumbuhan teratai ia menderum,
tersembunyi dalam gelagah dan paya.
Tumbuhan-tumbuhan teratai menaungi dia dengan bayang-bayangnya,
pohon-pohon gandarusa mengelilinginya.
Sesungguhnya, biarpun sungai sangat kuat arusnya, ia tidak gentar;
ia tetap tenang, biarpun sungai Yordan meluap melanda mulutnya.

Dapatkah orang menangkap dia dari muka,
mencocok hidungnya dengan keluan?" 

29 January 2014

29 Januari - Elihu: Allah memperhatikan penderitaan manusia & Lihatlah kemuliaan Allah di alam semesta

29 Januari - Ayub 35:1-37:24

Allah memperhatikan penderitaan manusia
Maka berbicaralah Elihu:
"Inikah yang kauanggap adil
dan yang kausebut: kebenaranku di hadapan Allah,
kalau engkau bertanya: Apakah gunanya bagiku?
Apakah kelebihanku bila aku berbuat dosa?
Akulah yang akan memberi jawab kepadamu
dan kepada sahabat-sahabatmu bersama-sama dengan engkau:
Arahkan pandanganmu ke langit dan lihatlah,
perhatikanlah awan-awan yang lebih tinggi dari padamu!
Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang akan kaulakukan terhadap Dia?
Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kaubuat terhadap Dia?
Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia?
Atau apakah yang diterima-Nya dari tanganmu?
Hanya orang seperti engkau yang dirugikan oleh kefasikanmu
dan hanya anak manusia yang diuntungkan oleh kebenaranmu.
Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan,
berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa;
tetapi orang tidak bertanya:
Di mana Allah, yang membuat aku,
dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam;
yang memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi,
dan hikmat melebihi burung di udara?
Ketika itu orang menjerit, tetapi Ia tidak menjawab,
oleh karena kecongkakan orang-orang jahat.
Sungguh, teriakan yang kosong tidak didengar Allah
dan tidak dihiraukan oleh Yang Mahakuasa.
Lebih-lebih lagi kalau engkau berkata, bahwa engkau tidak melihat Dia,
bahwa perkaramu sudah diadukan kehadapan-Nya,
tetapi masih juga engkau menanti-nantikan Dia!
Tetapi sekarang: karena murka-Nya tidak menghukum
dan Ia tidak terlalu mempedulikan pelanggaran,
maka Ayub berbesar mulut dengan sia-sia,
banyak bicara tanpa pengertian."

Tujuan sengsara ialah pertobatan
Berkatalah Elihu selanjutnya:
"Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau,
karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah.
Aku akan meraih pengetahuanku dari jauh
dan membenarkan Pembuatku;
karena sungguh-sungguh, bukan dusta perkataanku,
seorang yang sempurna pengetahuannya menghadapi engkau.
Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun,
Ia perkasa dalam kekuatan akal budi.
Ia tidak membiarkan orang fasik hidup,
tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara;
Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar,
tetapi menempatkan mereka untuk selama-lamanya
di samping raja-raja di atas takhta,
sehingga mereka tinggi martabatnya.
Jikalau mereka dibelenggu dengan rantai, tertangkap dalam tali kesengsaraan,
maka Ia memperingatkan mereka kepada perbuatan mereka,
dan kepada pelanggaran mereka,
karena mereka berlaku congkak,
dan ia membukakan telinga mereka bagi ajaran,
dan menyuruh mereka berbalik dari kejahatan.
Jikalau mereka mendengar dan takluk,
maka mereka hidup mujur sampai akhir hari-hari mereka
dan senang sampai akhir tahun-tahun mereka.
Tetapi, jikalau mereka tidak mendengar,
maka mereka akan mati oleh lembing,
dan binasa dalam kebebalan.
Orang-orang yang fasik hatinya menyimpan kemarahan;
mereka tidak berteriak minta tolong, kalau mereka dibelenggu-Nya;
nyawa mereka binasa di masa muda,
dan hidup mereka berakhir sebelum saatnya.
Dengan sengsara Ia menyelamatkan orang sengsara,
dengan penindasan Ia membuka telinga mereka.
Juga engkau dibujuk-Nya keluar dari dalam kesesakan,
ke tempat yang luas, bebas dari tekanan,
ke meja hidanganmu yang tenang dan penuh lemak.
Tetapi engkau sudah mendapat hukuman orang fasik sepenuhnya,
engkau dicengkeram hukuman dan keadilan;
janganlah panas hati membujuk engkau berolok-olok,
janganlah besarnya tebusan menyesatkan engkau.
Dapatkah teriakanmu meluputkan engkau dari kesesakan,
ataukah seluruh kekuatan jerih payahmu?
Janganlah merindukan malam hari,
waktu bangsa-bangsa pergi dari tempatnya.
Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan,
karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara.
Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya;
siapakah guru seperti Dia?
Siapakah akan menentukan jalan bagi-Nya,
dan siapa berani berkata: Engkau telah berbuat curang?
Ingatlah, bahwa engkau harus menjunjung tinggi perbuatan-Nya,
yang selalu dinyanyikan oleh manusia.
Semua orang melihatnya,
manusia memandangnya dari jauh.
Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita,
jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki.
Ia menarik ke atas titik-titik air, dan memekatkan kabut menjadi hujan,
yang dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia.
Siapa mengerti berkembangnya awan,
dan bunyi gemuruh di tempat kediaman-Nya?
Sesungguhnya, Ia mengembangkan terang-Nya di sekeliling-Nya,
dan menudungi dasar laut.
Karena dengan semuanya itu Ia mengadili bangsa-bangsa,
dan juga memberi makan dengan berlimpah-limpah.
Kedua tangan-Nya diselubungi-Nya dengan kilat petir
dan menyuruhnya menyambar sasaran.
Pekik perang-Nya memberitakan kedatangan-Nya,
kalau dengan murka Ia berjuang melawan kecurangan."

Kemuliaan Allah di alam semesta
"Sungguh, oleh karena itu hatiku berdebar-debar
dan melonjak dari tempatnya.
Dengar, dengarlah gegap gempita suara-Nya,
guruh yang keluar dari dalam mulut-Nya.
Ia melepaskannya ke seluruh kolong langit,
dan juga kilat petir-Nya ke ujung-ujung bumi.
Kemudian suara-Nya menderu,
Ia mengguntur dengan suara-Nya yang megah;
Ia tidak menahan kilat petir, bila suara-Nya kedengaran.
Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan;
Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar
yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita;
karena kepada salju Ia berfirman: Jatuhlah ke bumi,
dan kepada hujan lebat dan hujan deras: Jadilah deras!
Tangan setiap manusia diikat-Nya dengan dibubuhi meterai,
agar semua orang mengetahui perbuatan-Nya.
Maka binatang liar masuk ke dalam tempat persembunyiannya
dan tinggal dalam sarangnya.
Taufan keluar dari dalam perbendaharaan,
dan hawa dingin dari sebelah utara.
Oleh nafas Allah terjadilah es,
dan permukaan air yang luas membeku.
Awanpun dimuati-Nya dengan air, dan awan memencarkan kilat-Nya,
lalu kilat-Nya menyambar-nyambar ke seluruh penjuru menurut pimpinan-Nya
untuk melakukan di permukaan bumi segala yang diperintahkan-Nya.
Ia membuatnya mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya
maupun untuk menyatakan kasih setia.

Berilah telinga kepada semuanya itu,
hai Ayub, diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah.
Tahukah engkau, bagaimana Allah memberi tugas kepadanya,
dan menyinarkan cahaya dari awan-Nya?
Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan,
tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu,
hai engkau, yang pakaiannya menjadi panas,
jika bumi terdiam karena panasnya angin selatan?
Dapatkah engkau seperti Dia menyusun awan menjadi cakrawala,
keras seperti cermin tuangan?
Beritahukanlah kepada kami apa yang harus kami katakan kepada-Nya:
tak ada yang dapat kami paparkan oleh karena kegelapan.
Apakah akan diberitahukan kepada-Nya,
bahwa aku akan bicara?
Pernahkah orang berkata,
bahwa ia ingin dibinasakan?
Seketika terang tidak terlihat, karena digelapkan mendung;
lalu angin berembus, maka bersihlah cuaca.
Dari sebelah utara muncul sinar keemasan;
Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat.
Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami,
besar kekuasaan dan keadilan-Nya;
walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya.

Itulah sebabnya Ia ditakuti orang;
setiap orang yang menganggap dirinya mempunyai hikmat,
tidak dihiraukan-Nya." 

28 January 2014

28 Januari - Tanggapan Elihu: Allah tidak berlaku curang

28 Januari - Ayub 32:1-34:37

KATA-KATA ELIHU (PASAL 32-37)

Elihu merasa Juga berhak untuk mengemukakan pendapat
Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar. Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah, dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan. Elihu menangguhkan bicaranya dengan Ayub, karena mereka lebih tua dari pada dia. Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak lagi memberi sanggahan, maka marahlah ia. Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu:
"Aku masih muda dan kamu sudah berumur tinggi;
oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu.
Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara,
dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat.
Tetapi roh yang di dalam manusia,
dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat,
bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.
Oleh sebab itu aku berkata: Dengarkanlah aku,
akupun akan mengemukakan pendapatku.
Ketahuilah, aku telah menantikan kata-katamu,
aku telah memperhatikan pemikiranmu,
hingga kamu menemukan kata-kata yang tepat.
Kepadamulah kupusatkan perhatianku,
tetapi sesungguhnya, tiada seorangpun yang mengecam Ayub,
tiada seorangpun di antara kamu menyanggah perkataannya.
Jangan berkata sekarang: Kami sudah mendapatkan hikmat;
hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan manusia.
Perkataannya tidak tertuju kepadaku,
dan aku tidak akan menjawabnya dengan perkataanmu.
Mereka bingung, mereka tidak dapat memberi sanggahan lagi,
mereka tidak dapat berbicara lagi.
Haruskah aku menunggu, karena mereka putus bicara,
karena mereka berdiri di sana dan tidak memberi sanggahan lagi?

Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku,
akupun akan mengemukakan pendapatku.
Karena aku tumpat dengan kata-kata,
semangat yang ada dalam diriku mendesak aku.
Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa,
seperti kirbat baru yang akan meletup.
Aku harus berbicara, supaya merasa lega,
aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan.
Aku tidak akan memihak kepada siapapun
dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun,
karena aku tidak tahu menyanjung-nyanjung;
jika demikian, maka segera Pembuatku akan mencabut nyawaku."

Allah berfirman kepada manusia dengan berbagai-bagai cara
"Akan tetapi sekarang, hai Ayub, dengarkanlah bicaraku,
dan bukalah telingamu kepada segala perkataanku.
Ketahuilah, mulutku telah kubuka,
lidahku di bawah langit-langitku berbicara.
Perkataanku keluar dari hati yang jujur,
dan bibirku menyatakan dengan terang apa yang diketahui.
Roh Allah telah membuat aku,
dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.
Jikalau engkau dapat, jawablah aku,
bersiaplah engkau menghadapi aku,
pertahankanlah dirimu.
Sesungguhnya, bagi Allah aku sama dengan engkau,
akupun dibentuk dari tanah liat.
Jadi engkau tak usah ditimpa kegentaran terhadap aku,
tekananku terhadap engkau tidak akan berat.

Tetapi engkau telah berbicara dekat telingaku,
dan ucapan-ucapanmu telah kudengar:
Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran,
aku suci, aku tidak ada kesalahan.
Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku,
Ia menganggap aku sebagai musuh-Nya.
Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung,
Ia mengawasi segala jalanku.
Sesungguhnya, dalam hal itu engkau tidak benar, demikian sanggahanku kepadamu,
karena Allah itu lebih dari pada manusia.
Mengapa engkau berbantah dengan Dia,
bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu?

Karena Allah berfirman dengan satu dua cara,
tetapi orang tidak memperhatikannya.
Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam,
bila orang nyenyak tidur,
bila berbaring di atas tempat tidur,
maka Ia membuka telinga manusia
dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran
untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya,
dan melenyapkan kesombongan orang,
untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur,
dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.
Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya,
dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam tulang-tulangnya;
perutnya bosan makanan,
hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat;
susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi,
tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar,
sampai nyawanya menghampiri liang kubur,
dan hidupnya mendekati mereka yang membawa maut.
Jikalau di sampingnya ada malaikat,
penengah, satu di antara seribu,
untuk menyatakan jalan yang benar kepada manusia,
maka Ia akan mengasihaninya dengan berfirman:
Lepaskan dia, supaya jangan ia turun ke liang kubur;
uang tebusan telah Kuperoleh.
Tubuhnya mengalami kesegaran seorang pemuda,
ia seperti pada masa mudanya.
Ia berdoa kepada Allah,
dan Allah berkenan menerimanya;
ia akan memandang wajah-Nya dengan bersorak-sorai,
dan Allah mengembalikan kebenaran kepada manusia.
Ia akan bernyanyi di depan orang:
Aku telah berbuat dosa,
dan yang lurus telah kubengkokkan,
tetapi hal itu tidak dibalaskan kepadaku.
Ia telah membebaskan nyawaku dari jalan ke liang kubur,
dan hidupku akan melihat terang.
Sesungguhnya, semuanya ini dilakukan Allah
dua, tiga kali terhadap manusia:
mengembalikan nyawanya dari liang kubur,
sehingga ia diterangi oleh cahaya hidup.

Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku,
diamlah, akulah yang berbicara.
Jikalau ada yang hendak kaukatakan, jawablah aku;
berkatalah, karena aku rela membenarkan engkau.
Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku;
diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu."

Allah tidak berlaku curang
Maka berbicaralah Elihu:
"Dengarkanlah perkataanku, kamu orang-orang yang mempunyai hikmat,
berilah telinga kepadaku, kamu orang-orang yang berakal budi.
Karena telinga itu menguji kata-kata,
seperti langit-langit mencecap makanan.
Biarlah kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang adil,
menentukan bersama-sama apa yang baik.
Karena Ayub berkata: Aku benar,
tetapi Allah mengambil hakku;
kendati aku mempunyai hak aku dianggap berdusta,
sekalipun aku tidak melakukan pelanggaran,
lukaku tidak dapat sembuh lagi.
Siapakah seperti Ayub,
yang minum hujatan terhadap Allah seperti air,
yang mencari persekutuan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan
dan bergaul dengan orang-orang fasik?
Karena ia telah berkata: Tidak berguna bagi manusia,
kalau ia dikenan Allah.

Oleh sebab itu, kamu orang-orang yang berakal budi, dengarkanlah aku:
Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan,
dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang.
Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya,
dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya.
Sungguh, Allah tidak berlaku curang,
Yang Mahakuasa tidak membengkokkan keadilan.
Siapa mempercayakan bumi kepada-Nya?
Siapa membebankan alam semesta kepada-Nya?
Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya,
dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya,
maka binasalah bersama-sama segala yang hidup,
dan kembalilah manusia kepada debu.

Jikalau engkau berakal budi, dengarkanlah ini,
pasanglah telinga kepada apa yang kuucapkan.
Dapatkah pembenci keadilan memegang kekuasaan,
dan apakah engkau mau mempersalahkan Dia yang adil
dan perkasa,
Dia yang berfirman kepada raja: Hai, orang dursila,
kepada para bangsawan: Hai, orang fasik;
Dia yang tidak memihak kepada para pembesar,
dan tidak mengutamakan orang yang terkemuka dari pada orang kecil,
karena mereka sekalian adalah buatan tangan-Nya?
Dalam sekejap mata mereka mati, ya, pada tengah malam
orang dikejutkan dan binasa;
mereka yang perkasa dilenyapkan bukan oleh tangan orang.
Karena mata-Nya mengawasi jalan manusia,
dan Ia melihat segala langkahnya;
tidak ada kegelapan ataupun kelam kabut,
di mana orang-orang yang melakukan kejahatan dapat bersembunyi.
Karena bagi manusia Ia tidak menentukan waktu
untuk datang menghadap Allah supaya diadili,
orang-orang yang perkasa diremukkan-Nya dengan tidak diperiksa,
dan orang-orang lain diangkat-Nya ganti mereka.
Jadi, Ia mengetahui perbuatan mereka,
dan menggulingkan mereka di waktu malam,
sehingga mereka hancur lebur.
Mereka ditampar-Nya karena kefasikan mereka,
dengan dilihat orang banyak,
karena mereka meninggalkan-Nya,
dan tidak mengindahkan satupun dari pada jalan-Nya,
sehingga mereka menyebabkan jeritan orang miskin naik ke hadapan-Nya,
dan Ia mendengar jeritan orang sengsara.
--Kalau Dia berdiam diri, siapa akan menjatuhkan hukuman?
Kalau Dia menyembunyikan wajah-Nya, siapa akan melihat Dia,
baik itu sesuatu bangsa atau orang seorang? --,
supaya jangan menjadi raja orang fasik yang adalah jerat bagi orang banyak.

Tetapi kalau seseorang berkata kepada Allah:
Aku telah menyombongkan diri, tetapi aku tidak akan lagi berbuat jahat;
apa yang tidak kumengerti, ajarkanlah kepadaku;
jikalau aku telah berbuat curang, maka aku tidak akan berbuat lagi,
menurut hematmu apakah Allah harus melakukan pembalasan karena engkau yang menolak?
Jadi, engkau jugalah yang harus memutuskan, bukan aku;
katakanlah apa yang engkau tahu!
Maka orang-orang yang berakal budi
dan orang yang mempunyai hikmat yang mendengarkan aku
akan berkata kepadaku:
Ayub berbicara tanpa pengetahuan,
dan perkataannya tidak mengandung pengertian.
Ah, kiranya Ayub diuji terus-menerus,
karena ia menjawab seperti orang-orang jahat!

Karena ia menambahkan dosanya dengan pelanggaran,
ia mengepalkan tangan di antara kami
dan banyak bicara terhadap Allah." 

27 January 2014

27 Januari - Sekali lagi Ayub mengaku tidak bersalah.

27 Januari – Ayub 30:1-31:40

Sengsara yang dialami
"Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka,
yang umurnya lebih muda dari padaku,
yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina
untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombaku.
Lagipula, apakah gunanya bagiku kekuatan tangan mereka?
Mereka sudah kehabisan tenaga,
mereka merana karena kekurangan dan kelaparan,
mengerumit tanah yang kering,
belukar di gurun dan padang belantara;
mereka memetik gelang laut dari antara semak-semak,
dan akar pohon arar menjadi makanan mereka.
Mereka diusir dari pergaulan hidup,
dan orang berteriak-teriak terhadap mereka seperti terhadap pencuri.
Di lembah-lembah yang mengerikan mereka harus diam,
di dalam celah-celah tanah dan sela-sela gunung;
di antara semak-semak mereka meraung-raung,
mereka berkelompok di bawah jeruju;
mereka itulah orang-orang bebal yang tak dikenal,
yang didepak dari negeri.
Tetapi sekarang aku menjadi sajak sindiran
dan ejekan mereka.
Mereka mengejikan aku, menjauhkan diri dari padaku,
mereka tidak menahan diri meludahi mukaku,
karena tali kemahku telah dilepaskan Allah dan aku direndahkan-Nya,
dan mereka tidak mengekang diri terhadap aku.
Di sebelah kananku muncul gerombolan, dikaitnya kakiku,
dan dirintisnya jalan kebinasaan terhadap aku;
mereka membongkar jalanku dan mengusahakan kejatuhanku;
tidak ada yang menghalang-halangi mereka.
Seperti melalui tembok yang terbelah lebar mereka menyerbu,
mereka datang bergelombang di tengah-tengah keruntuhan.
Kedahsyatan ditimpakan kepadaku;
kemuliaanku diterbangkan seperti oleh angin,
dan bahagiaku melayang hilang seperti awan.

Oleh sebab itu jiwaku hancur dalam diriku;
hari-hari kesengsaraan mencekam aku.
Pada waktu malam tulang-tulangku seperti digerogoti,
dan rasa nyeri yang menusuk tak kunjung berhenti.
Oleh kekerasan yang tak terlawan koyaklah pakaianku
dan menggelambir sekelilingku seperti kemeja.
Ia telah menghempaskan aku ke dalam lumpur,
dan aku sudah menyerupai debu dan abu.

Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab;
aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku.
Engkau menjadi kejam terhadap aku,
Engkau memusuhi aku dengan kekuatan tangan-Mu.
Engkau mengangkat aku ke atas angin,
melayangkan aku dan menghancurkan aku di dalam angin ribut.
Ya, aku tahu: Engkau membawa aku kepada maut,
ke tempat segala yang hidup dihimpunkan.

Sesungguhnya, masakan orang tidak akan mengulurkan tangannya kepada yang rebah,
jikalau ia dalam kecelakaannya tidak ada penolongnya?
Bukankah aku menangis karena orang yang mengalami hari kesukaran?
Bukankah susah hatiku karena orang miskin?
Tetapi, ketika aku mengharapkan yang baik, maka kejahatanlah yang datang;
ketika aku menantikan terang, maka kegelapanlah yang datang.
Batinku bergelora dan tak kunjung diam,
hari-hari kesengsaraan telah melanda diriku.
Dengan sedih, dengan tidak terhibur, aku berkeliaran;
aku berdiri di tengah-tengah jemaah sambil berteriak minta tolong.
Aku telah menjadi saudara bagi serigala,
dan kawan bagi burung unta.
Kulitku menjadi hitam dan mengelupas dari tubuhku,
tulang-tulangku mengering karena demam;
permainan kecapiku menjadi ratapan,
dan tiupan serulingku menyerupai suara orang menangis."

Sekali lagi Ayub mengaku tidak bersalah
"Aku telah menetapkan syarat bagi mataku,
masakan aku memperhatikan anak dara?
Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas,
milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi?
Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang
dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan?
Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku
dan menghitung segala langkahku?
Jikalau aku bergaul dengan dusta,
atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya,
biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti,
maka Allah akan mengetahui,
bahwa aku tidak bersalah.

Jikalau langkahku menyimpang dari jalan,
dan hatiku menuruti pandangan mataku,
dan noda melekat pada tanganku,
maka biarlah apa yang kutabur, dimakan orang lain,
dan biarlah tercabut apa yang tumbuh bagiku.

Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan,
dan aku menghadang di pintu sesamaku,
maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain,
dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.
Karena hal itu adalah perbuatan mesum,
bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.
Sesungguhnya, itulah api yang memakan habis,
dan menghanguskan seluruh hasilku.

Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan,
ketika mereka beperkara dengan aku,
apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri;
kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?
Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga?
Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?

Jikalau aku pernah menolak keinginan orang-orang kecil,
menyebabkan mata seorang janda menjadi pudar,
atau memakan makananku seorang diri,
sedang anak yatim tidak turut memakannya
--malah sejak mudanya aku membesarkan dia seperti seorang ayah,
dan sejak kandungan ibunya aku membimbing dia--;
jikalau aku melihat orang mati karena tidak ada pakaian,
atau orang miskin yang tidak mempunyai selimut,
dan pinggangnya tidak meminta berkat bagiku,
dan tidak dipanaskannya tubuhnya dengan kulit bulu dombaku;
jikalau aku mengangkat tanganku melawan anak yatim,
karena di pintu gerbang aku melihat ada yang membantu aku,
maka biarlah tulang belikatku lepas dari bahuku,
dan lenganku dipatahkan dari persendiannya.
Karena celaka yang dari pada Allah menakutkan aku,
dan aku tidak berdaya terhadap keluhuran-Nya.

Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas,
dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku;
jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar
dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah;
jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar,
dan bulan, yang beredar dengan indahnya,
sehingga diam-diam hatiku terpikat,
dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya,
maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim,
karena Allah yang di atas telah kuingkari.

Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku,
dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka
--aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! –

Jikalau orang-orang di kemahku mengatakan:
Siapa yang tidak kenyang dengan lauknya?
--malah orang asingpun tidak pernah bermalam di luar, pintuku kubuka bagi musafir! –
Jikalau aku menutupi pelanggaranku seperti manusia dengan menyembunyikan kesalahanku dalam hatiku,
karena aku takuti khalayak ramai
dan penghinaan kaum keluarga mengagetkan aku,
sehingga aku berdiam diri dan tidak keluar dari pintu!
Ah, sekiranya ada yang mendengarkan aku!
--Inilah tanda tanganku! Hendaklah Yang Mahakuasa menjawab aku! --
Sekiranya ada surat tuduhan yang ditulis lawanku!
Sungguh, surat itu akan kupikul,
dan akan kupakai bagaikan mahkota.
Setiap langkahku akan kuberitahukan kepada-Nya,
selaku pemuka aku akan menghadap Dia.

Jikalau ladangku berteriak karena aku
dan alur bajaknya menangis bersama-sama,
jikalau aku memakan habis hasilnya dengan tidak membayar,
dan menyusahkan pemilik-pemiliknya,
maka biarlah bukan gandum yang tumbuh, tetapi onak,
dan bukan jelai, tetapi lalang."


Sekianlah kata-kata Ayub. 

26 January 2014

26 Januari - Ayub menjawab: Siapa dapat mengerti kebesaran Allah?

26 Januari - Ayub 26:1-29:25

Jawab Ayub: Siapa dapat mengerti kebesaran Allah?
Tetapi Ayub menjawab:
"Alangkah baiknya bantuanmu kepada yang tidak kuat,
dan pertolonganmu kepada lengan yang tidak berdaya!
Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak mempunyai hikmat,
dan pengertian yang kauajarkan dengan limpahnya!
Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu,
dan gagasan siapakah yang kaunyatakan?

Roh-roh di bawah menggeletar,
demikian juga air dan penghuninya.
Dunia orang mati terbuka di hadapan Allah,
tempat kebinasaanpun tidak ada tutupnya.
Allah membentangkan utara di atas kekosongan,
dan menggantungkan bumi pada kehampaan.
Ia membungkus air di dalam awan-Nya,
namun awan itu tidak robek.
Ia menutupi pemandangan takhta-Nya,
melingkupinya dengan awan-Nya.
Ia telah menarik garis pada permukaan air,
sampai ujung perbatasan antara terang dan gelap;
tiang-tiang langit bergoyang-goyang,
tercengang-cengang oleh hardik-Nya.
Ia telah meneduhkan laut dengan kuasa-Nya
dan meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya.
Oleh nafas-Nya langit menjadi cerah,
tangan-Nya menembus ular yang tangkas.
Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya;
betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya!
Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?"

Tidak ada harapan bagi orang fasik
Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
"Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku,
dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
selama nafasku masih ada padaku,
dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan,
dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.
Aku sama sekali tidak membenarkan kamu!
Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah.
Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan;
hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku.

Biarlah musuhku mengalami seperti orang fasik,
dan orang yang melawan aku seperti orang yang curang.
Karena apakah harapan orang durhaka,
kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Apakah Allah akan mendengar teriaknya,
jika kesesakan menimpa dia?
Dapatkah ia bersenang-senang karena Yang Mahakuasa
dan berseru kepada Allah setiap waktu?

Aku akan mengajari kamu tentang tangan Allah,
apa yang dimaksudkan oleh Yang Mahakuasa tidak akan kusembunyikan.
Sesungguhnya, kamu sekalian telah melihatnya sendiri;
mengapa kamu berpikir yang tidak-tidak?
Inilah bagian orang fasik yang ditentukan Allah,
dan milik pusaka orang-orang lalim yang mereka terima dari Yang Mahakuasa:
kalau anak-anaknya bertambah banyak mereka menjadi makanan pedang,
dan anak cucunya tidak mendapat cukup makan;
siapa yang luput dari padanya, akan turun ke kubur karena wabah,
dengan tidak ditangisi oleh janda mereka.
Jikalau ia menimbun uang seperti debu banyaknya, dan menumpuk pakaian seperti tanah liat,
sekalipun ia yang menumpuknya, namun orang benar yang akan memakainya,
dan orang yang tidak bersalah yang akan membagi-bagi uang itu.
Ia mendirikan rumahnya seperti sarang laba-laba,
seperti gubuk yang dibuat penjaga.
Sebagai orang kaya ia membaringkan diri, tetapi tidak dapat ia mengulanginya:
ketika ia membuka matanya, maka tidak ada lagi semuanya itu.
Kedahsyatan mengejar dia seperti air bah,
pada malam hari ia diterbangkan badai;
angin timur mengangkatnya, lalu lenyaplah ia;
ia dilemparkannya dari tempatnya.
Dengan tak kenal belas kasihan Allah melempari dia,
dengan cepat ia harus melepaskan diri dari kuasa-Nya.
Oleh karena dia orang bertepuk tangan,
dan bersuit-suit karena dia dari tempat kediamannya."

Manusia tidak dapat menemukan hikmat
"Memang ada tempat orang menambang perak
dan tempat orang melimbang emas;
besi digali dari dalam tanah,
dan dari batu dilelehkan tembaga.
Orang menyudahi kegelapan,
dan batu diselidikinya sampai sedalam-dalamnya,
di dalam kekelaman dan kelam pekat.
Orang menggali tambang jauh dari tempat kediaman manusia,
mereka dilupakan oleh orang-orang yang berjalan di atas,
mereka melayang-layang jauh dari manusia.
Tanah yang menghasilkan pangan,
dibawahnya dibongkar-bangkir seperti oleh api.
Batunya adalah tempat menemukan lazurit
yang mengandung emas urai.
Jalan ke sana tidak dikenal seekor burung buaspun,
dan mata elang tidak melihatnya;
binatang yang ganas tidak menginjakkan kakinya di sana
dan singa tidak melangkah melaluinya.
Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras,
ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya;
di dalam gunung batu ia menggali terowongan,
dan matanya melihat segala sesuatu yang berharga;
air sungai yang merembes dibendungnya,
dan apa yang tersembunyi dibawanya ke tempat terang.

Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh,
di mana tempat akal budi?
Jalan ke sana tidak diketahui manusia,
dan tidak didapati di negeri orang hidup.
Kata samudera raya: Ia tidak terdapat di dalamku,
dan kata laut: Ia tidak ada padaku.
Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni,
dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak.
Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir,
ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit;
tidak dapat diimbangi oleh emas, atau kaca,
ataupun ditukar dengan permata dari emas tua.
Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi;
memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara.
Permata krisolit Etiopia tidak dapat mengimbanginya,
ia tidak dapat dinilai dengan emas murni.

Hikmat itu, dari manakah datangnya,
atau akal budi, di manakah tempatnya?
Ia terlindung dari mata segala yang hidup,
bahkan tersembunyi bagi burung di udara.
Kebinasaan dan maut berkata:
Hanya desas-desusnya yang sampai ke telinga kami.
Allah mengetahui jalan ke sana,
Ia juga mengenal tempat kediamannya.
Karena Ia memandang sampai ke ujung-ujung bumi,
dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit.
Ketika Ia menetapkan kekuatan angin,
dan mengatur banyaknya air,
ketika Ia membuat ketetapan bagi hujan,
dan jalan bagi kilat guruh,
ketika itulah Ia melihat hikmat, lalu memberitakannya,
menetapkannya, bahkan menyelidikinya;
tetapi kepada manusia Ia berfirman:
Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat,
dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."

Kemuliaan yang dahulu dan kesengsaraan yang sekarang
Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
"Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam,
seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku,
ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku,
dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap;
seperti ketika aku mengalami masa remajaku,
ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;
ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku,
dan anak-anakku ada di sekelilingku;
ketika langkah-langkahku bermandikan dadih,
dan gunung batu mengalirkan sungai minyak di dekatku.
Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota,
dan menyediakan tempat dudukku di tengah-tengah lapangan,
maka ketika aku kelihatan, mundurlah orang-orang muda
dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri;
para pembesar berhenti bicara, dan menutup mulut mereka dengan tangan;
suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya;
apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia;
dan apabila mata melihat, maka aku dipuji.
Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong,
juga anak piatu yang tidak ada penolongnya;
aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa,
dan hati seorang janda kubuat bersukaria;
aku berpakaian kebenaran
dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban;
aku menjadi mata bagi orang buta,
dan kaki bagi orang lumpuh;
aku menjadi bapa bagi orang miskin,
dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.
Geraham orang curang kuremuk,
dan merebut mangsanya dari giginya.
Pikirku: Bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa,
dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks.
Akarku mencapai air,
dan embun bermalam di atas ranting-rantingku.
Kemuliaanku selalu baru padaku,
dan busurku kuat kembali di tanganku.
Kepadakulah orang mendengar sambil menanti,
dengan diam mereka mendengarkan nasihatku.
Sehabis bicaraku tiada seorangpun angkat bicara lagi,
dan perkataanku menetes ke atas mereka.
Orang menantikan aku seperti menantikan hujan,
dan menadahkan mulutnya seperti menadah hujan pada akhir musim.
Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa,
dan seri mukaku tidak dapat disuramkan mereka.
Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin;
aku bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat,
seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung."