28 May 2014

28 Mei - Amsal-amsal Salomo mengenai perzinahan dan berbagai-bagai nasihat (Amsal 5-7)

28 Mei - Amsal 5, 6, 7

Nasihat mengenai perzinahan
Hai anakku,
perhatikanlah hikmatku,
arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,
supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan
dan bibirmu memelihara pengetahuan.
Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu
dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak,
tetapi kemudian ia pahit seperti empedu,
dan tajam seperti pedang bermata dua.
Kakinya turun menuju maut,
langkahnya menuju dunia orang mati.
Ia tidak menempuh jalan kehidupan,
jalannya sesat, tanpa diketahuinya.
Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku,
janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku.
Jauhkanlah jalanmu dari pada dia,
dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,
supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain,
dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam;
supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu,
dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal
dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau
daging dan tubuhmu habis binasa,
lalu engkau akan berkata: "Ah, mengapa aku benci kepada didikan,
dan hatiku menolak teguran;
mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku,
dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?
Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka
di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan."
Minumlah air dari kulahmu sendiri,
minumlah air dari sumurmu yang membual.
Patutkah mata airmu meluap ke luar
seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?
Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri,
jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.
Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:
rusa yang manis, kijang yang jelita;
biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau,
dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.
Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang,
dan mendekap dada perempuan asing?
Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN,
dan segala langkah orang diawasi-Nya.
Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya,
dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.
Ia mati, karena tidak menerima didikan
dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.

Berbagai-bagai nasihat
Hai anakku,
jikalau engkau menjadi penanggung sesamamu,
dan membuat persetujuan dengan orang lain;
jikalau engkau terjerat dalam perkataan mulutmu,
tertangkap dalam perkataan mulutmu,
buatlah begini, hai anakku,
dan lepaskanlah dirimu,
karena engkau telah jatuh ke dalam genggaman sesamamu:
pergilah, berlututlah, dan desaklah sesamamu itu;
janganlah membiarkan matamu tidur,
dan kelopak matamu mengantuk;
lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan,
seperti burung dari pada tangan pemikat.
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,
ia menyediakan rotinya di musim panas,
dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?
Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi,
melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring"
-- maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong,
yang mengedipkan matanya,
yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari,
yang hatinya mengandung tipu muslihat,
yang senantiasa merencanakan kejahatan,
dan yang menimbulkan pertengkaran.
Itulah sebabnya ia ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba,
sesaat saja ia diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
Enam perkara ini yang dibenci TUHAN,
bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:
mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan,
seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan
dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.

Nasihat tentang perzinahan
Hai anakku,
peliharalah perintah ayahmu,
dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu.
Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu,
kalungkanlah pada lehermu.
Jikalau engkau berjalan,
engkau akan dipimpinnya,
jikalau engkau berbaring,
engkau akan dijaganya,
jikalau engkau bangun,
engkau akan disapanya.
Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya,
dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,
yang melindungi engkau terhadap perempuan jahat,
terhadap kelicikan lidah perempuan asing.
Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu,
janganlah terpikat oleh bulu matanya.
Karena bagi seorang sundal sepotong rotilah yang penting,
tetapi isteri orang lain memburu nyawa yang berharga.
Dapatkah orang membawa api dalam gelumbung baju
dengan tidak terbakar pakaiannya?
Atau dapatkah orang berjalan di atas bara,
dengan tidak hangus kakinya?
Demikian juga orang yang menghampiri isteri sesamanya;
tiada seorangpun, yang menjamahnya, luput dari hukuman.
Apakah seorang pencuri tidak akan dihina,
apabila ia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar?
Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat,
segenap harta isi rumahnya harus diserahkan.
Siapa melakukan zinah tidak berakal budi;
orang yang berbuat demikian merusak diri.
Siksa dan cemooh diperolehnya,
malunya tidak terhapuskan.
Karena cemburu adalah geram seorang laki-laki,
ia tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan dendam;
ia tidak akan mau menerima tebusan suatupun,
dan ia akan tetap bersikeras, betapa banyakpun pemberianmu.
Hai anakku,
berpeganglah pada perkataanku,
dan simpanlah perintahku dalam hatimu.
Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup;
simpanlah ajaranku seperti biji matamu.
Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu,
dan tulislah itu pada loh hatimu.
Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku"
dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu,
supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang,
terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.
Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat,
dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku,
kulihat di antara yang tak berpengalaman,
kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi,
yang menyeberang dekat sudut jalan,
lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu,
pada waktu senja, pada petang hari,
di malam yang gelap.
Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan,
berpakaian sundal dengan hati licik;
cerewet dan liat perempuan ini,
kakinya tak dapat tenang di rumah,
sebentar ia di jalan dan sebentar di lapangan,
dekat setiap tikungan ia menghadang.
Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya,
dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya:
"Aku harus mempersembahkan korban keselamatan,
dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu.
Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau,
untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau.
Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku,
kain lenan beraneka warna dari Mesir.
Pembaringanku telah kutaburi dengan mur,
gaharu dan kayu manis.
Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari,
dan bersama-sama menikmati asmara.
Karena suamiku tidak di rumah,
ia sedang dalam perjalanan jauh,
sekantong uang dibawanya,
ia baru pulang menjelang bulan purnama."
Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan,
dengan kelicinan bibir ia menggodanya.
Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia
seperti lembu yang dibawa ke pejagalan,
dan seperti orang bodoh yang terbelenggu untuk dihukum,
sampai anak panah menembus hatinya;
seperti burung dengan cepat menuju perangkap,
dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam.
Oleh sebab itu, hai anak-anak,
dengarkanlah aku, perhatikanlah perkataan mulutku.
Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan perempuan itu,
dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya.
Karena banyaklah orang yang gugur ditewaskannya,
sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya.
Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati,
yang menurun ke ruangan-ruangan maut.
___

No comments:

Post a Comment