Abraham mengusir Hagar dan Ismael
Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham
mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. Pada waktu itu Sara
melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham,
sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham:
"Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak
akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." Hal ini sangat
menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah berfirman kepada
Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam
segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab
yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunan
dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun
anakmu."
Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta
sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya
di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar
dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air yang dikirbat itu habis,
dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira
sepemanah jauhnya, sebab katanya: "Tidak tahan aku melihat anak itu
mati." Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.
Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru
dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau
susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu
dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia,
sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." Lalu Allah membuka
mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan
air, kemudian diberinya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia
bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka
tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri
baginya dari tanah Mesir.
Perjanjian Abraham dengan Abimelekh
Pada waktu itu Abimelekh, beserta Pikhol, panglima
tentaranya, berkata kepada Abraham: "Allah menyertai engkau dalam segala
sesuatu yang engkau lakukan. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi
Allah, bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada
anak-anakku, atau kepada cucu cicitku; sesuai dengan persahabatan yang
kulakukan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada negeri
yang kautinggali sebagai orang asing." Lalu kata Abraham: "Aku
bersumpah!" Tetapi Abraham menyesali Abimelekh tentang sebuah sumur yang
telah dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh. Jawab Abimelekh: "Aku tidak
tahu, siapa yang melakukan hal itu; lagi tidak kauberitahukan kepadaku, dan
sampai hari ini belum pula kudengar." Lalu Abraham mengambil domba dan
lembu dan memberikan semuanya itu kepada Abimelekh, kemudian kedua orang itu
mengadakan perjanjian. Tetapi Abraham memisahkan tujuh anak domba betina dari
domba-domba itu. Lalu kata Abimelekh kepada Abraham: "Untuk apakah ketujuh
anak domba yang kaupisahkan ini?" Jawabnya: "Ketujuh anak domba ini
harus kauterima dari tanganku untuk menjadi tanda bukti bagiku, bahwa akulah
yang menggali sumur ini." Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Bersyeba,
karena kedua orang itu telah bersumpah di sana. Setelah mereka mengadakan
perjanjian di Bersyeba, pulanglah Abimelekh beserta Pikhol, panglima
tentaranya, ke negeri orang Filistin. Lalu Abraham menanam sebatang pohon
tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal. Dan
masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin.
Kepercayaan Abraham diuji
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman
kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni
Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban
bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan
harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan
memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu
untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang
dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan
pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada
kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku
beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami
kembali kepadamu." Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu
dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api
dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak
kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya,
anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di
manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah
yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku."
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak,
anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu
Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya:
"Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia
berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab
telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak
segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham
menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya
tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya
sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu:
"TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di
atas gunung TUHAN, akan disediakan."
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit
kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah
firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak
segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan
memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak
seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu
akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi
akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." Kemudian
kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke
Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba.
Keturunan Nahor
Sesudah itu Abraham mendapat kabar: "Juga Milka telah
melahirkan anak-anak lelaki bagi Nahor, saudaramu: Us, anak sulung, dan Bus,
adiknya, dan Kemuel, ayah Aram, juga Kesed, Hazo, Pildash, Yidlaf dan
Betuel." Dan Betuel memperanakkan Ribka. Kedelapan orang inilah dilahirkan
Milka bagi Nahor, saudara Abraham itu. Dan gundik Nahor, yang namanya Reuma,
melahirkan anak juga, yakni Tebah, Gaham, Tahash dan Maakha.
Sara mati dan dikuburkan
Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah
umur Sara. Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan,
lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan
meninggalkan isterinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het: "Aku
ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik
kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan
menguburkan isteriku yang mati itu." Bani Het menjawab Abraham:
"Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di
tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah isterimu yang mati itu dalam kuburan kami
yang terpilih, tidak akan ada seorangpun dari kami yang menolak menyediakan
kuburannya bagimu untuk menguburkan isterimu yang mati itu." Kemudian
bangunlah Abraham lalu sujud kepada bani Het, penduduk negeri itu, serta
berkata kepada mereka: "Jika kamu setuju, bahwa aku mengantarkan dan
menguburkan isteriku yang mati itu, maka dengarkanlah aku dan tolonglah
mintakan dengan sangat kepada Efron bin Zohar, supaya ia memberikan kepadaku
gua Makhpela miliknya itu, yang terletak di ujung ladangnya; baiklah itu
diberikannya kepadaku dengan harga penuh untuk menjadi kuburan milikku di
tengah-tengah kamu." Pada waktu itu Efron hadir di tengah-tengah bani Het.
Maka jawab Efron, orang Het itu, kepada Abraham dengan didengar oleh bani Het,
oleh semua orang yang datang di pintu gerbang kota: "Tidak, tuanku,
dengarkanlah aku; ladang itu kuberikan kepadamu dan gua yang di sanapun
kuberikan kepadamu; di depan mata orang-orang sebangsaku kuberikan itu
kepadamu; kuburkanlah isterimu yang mati itu." Lalu sujudlah Abraham di
depan penduduk negeri itu serta berkata kepada Efron dengan didengar oleh
mereka: "Sesungguhnya, jika engkau suka, dengarkanlah aku: aku membayar
harga ladang itu; terimalah itu dari padaku, supaya aku dapat menguburkan
isteriku yang mati itu di sana." Jawab Efron kepada Abraham: "Tuanku,
dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak, apa
artinya itu bagi kita? Kuburkan sajalah isterimu yang mati itu." Lalu
Abraham menerima usul Efron, maka ditimbangnyalah perak untuk Efron, sebanyak
yang dimintanya dengan didengar oleh bani Het itu, empat ratus syikal perak,
seperti yang berlaku di antara para saudagar. Demikianlah ladang Efron, yang
letaknya di Makhpela di sebelah timur Mamre, ladang dan gua yang di sana, serta
segala pohon di ladang itu, bahkan di seluruh tanah itu sampai ke tepi-tepinya,
diserahkan kepada Abraham menjadi tanah belian, di depan mata bani Het itu, di
depan semua orang yang datang di pintu gerbang kota. Sesudah itu Abraham
menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur
Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan. Demikianlah dari pihak bani Het ladang
dengan gua yang ada di sana diserahkan kepada Abraham menjadi kuburan miliknya.
Ribka dipinang bagi
Ishak
Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati
TUHAN dalam segala hal. Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua
dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya:
"Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil
sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa
engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan
Kanaan yang di antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan
kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku."
Lalu berkatalah hambanya itu kepadanya: "Mungkin perempuan itu tidak suka
mengikuti aku ke negeri ini; haruskah aku membawa anakmu itu kembali ke negeri
dari mana tuanku keluar?" Tetapi Abraham berkata kepadanya: "Awas,
jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana. TUHAN, Allah yang empunya langit,
yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku,
dan yang telah berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian:
kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini--Dialah juga akan mengutus
malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang
isteri dari sana untuk anakku. Tetapi jika perempuan itu tidak mau mengikuti
engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini; hanya saja, janganlah
anakku itu kaubawa kembali ke sana." Lalu hamba itu meletakkan tangannya
di bawah pangkal paha Abraham, tuannya, dan bersumpah kepadanya tentang hal
itu.
Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya
dan pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya;
demikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor. Di sana
disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu
petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air. Lalu
berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai
tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di
sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini
datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada
siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang
menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang
Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa
Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu." Sebelum ia
selesai berkata, maka datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki
Milka, isteri Nahor, saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya. Anak
gadis itu sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum pernah bersetubuh
dengan laki-laki; ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali
naik. Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: "Tolong
beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu." Jawabnya: "Minumlah,
tuan," maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta
diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia:
"Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas
minum." Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam
palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan
ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. Dan orang itu mengamat-amatinya
dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat perjalanannya
berhasil atau tidak.
Setelah unta-unta itu puas minum, maka orang itu mengambil
anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan
yang sepuluh syikal emas beratnya, serta berkata: "Anak siapakah engkau?
Baiklah katakan kepadaku! Adakah di rumah ayahmu tempat bermalam bagi
kami?" Lalu jawabnya kepadanya: "Ayahku Betuel, anak Milka, yang
melahirkannya bagi Nahor." Lagi kata gadis itu: "Baik jerami, baik
makanan unta banyak pada kami, tempat bermalampun ada." Lalu berlututlah
orang itu dan sujud menyembah TUHAN, serta berkata: "Terpujilah TUHAN,
Allah tuanku Abraham, yang tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari
tuanku itu; dan TUHAN telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara
tuanku ini!"
Berlarilah gadis itu pergi menceritakan kejadian itu ke
rumah ibunya. Ribka mempunyai saudara laki-laki, namanya Laban. Laban berlari
ke luar mendapatkan orang itu, ke mata air tadi, sesudah dilihatnya
anting-anting itu dan gelang pada tangan saudaranya, dan sesudah didengarnya
perkataan Ribka, saudaranya, yang bunyinya: "Begitulah dikatakan orang itu
kepadaku." Ia mendapatkan orang itu, yang masih berdiri di samping
unta-untanya di dekat mata air itu, dan berkata: "Marilah engkau yang
diberkati TUHAN, mengapa engkau berdiri di luar, padahal telah kusediakan rumah
bagimu, dan juga tempat untuk unta-untamu." Masuklah orang itu ke dalam
rumah. Ditanggalkanlah pelana unta-unta, diberikan jerami dan makanan kepada
unta-unta itu, lalu dibawa air pembasuh kaki untuk orang itu dan orang-orang
yang bersama-sama dengan dia. Tetapi ketika dihidangkan makanan di depannya,
berkatalah orang itu: "Aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang
kubawa ini." Jawab Laban: "Silakan!"
Lalu berkatalah ia: "Aku ini hamba Abraham. TUHAN
sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah menjadi kaya; TUHAN telah
memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak
laki-laki dan perempuan, unta dan keledai. Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah
tua, telah melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah
diberikan tuanku segala harta miliknya. Tuanku itu telah mengambil sumpahku:
Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan
Kanaan, yang negerinya kudiami ini, tetapi engkau harus pergi ke rumah ayahku
dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi anakku. Jawabku kepada
tuanku itu: Mungkin perempuan itu tidak mau mengikut aku. Tetapi katanya
kepadaku: TUHAN, yang di hadapan-Nya aku hidup, akan mengutus malaikat-Nya
menyertai engkau, dan akan membuat perjalananmu berhasil, sehingga engkau akan
mengambil bagi anakku seorang isteri dari kaumku dan dari rumah ayahku. Barulah
engkau lepas dari sumpahmu kepadaku, jika engkau sampai kepada kaumku dan
mereka tidak memberikan perempuan itu kepadamu; hanya dalam hal itulah engkau
lepas dari sumpahmu kepadaku. Dan hari ini aku sampai ke mata air tadi, lalu
kataku: TUHAN, Allah tuanku Abraham, sudilah kiranya Engkau membuat berhasil
perjalanan yang kutempuh ini. Di sini aku berdiri di dekat mata air ini;
kiranya terjadi begini: Apabila seorang gadis datang ke luar untuk menimba air
dan aku berkata kepadanya: Tolong berikan aku minum air sedikit dari buyungmu
itu, dan ia menjawab: Minumlah, dan untuk unta-untamu juga akan kutimba air,
--dialah kiranya isteri, yang telah TUHAN tentukan bagi anak tuanku itu. Belum
lagi aku habis berkata dalam hatiku, Ribka telah datang membawa buyung di atas
bahunya, dan turun ke mata air itu, lalu menimba air. Kataku kepadanya: Tolong
berikan aku minum. Segeralah ia menurunkan buyung itu dari atas bahunya serta
berkata: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum. Lalu aku minum, dan
unta-unta itu juga diberinya minum. Sesudah itu aku bertanya kepadanya: Anak
siapakah engkau? Jawabnya: Ayahku Betuel anak Nahor yang dilahirkan Milka. Lalu
aku mengenakan anting-anting pada hidungnya dan gelang pada tangannya. Kemudian
berlututlah aku dan sujud menyembah TUHAN, serta memuji TUHAN, Allah tuanku
Abraham, yang telah menuntun aku di jalan yang benar untuk mengambil anak
perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya. Jadi sekarang, apabila kamu mau
menunjukkan kasih dan setia kepada tuanku itu, beritahukanlah kepadaku; dan
jika tidak, beritahukanlah juga kepadaku, supaya aku tahu entah berpaling ke
kanan atau ke kiri."
Lalu Laban dan Betuel menjawab: "Semuanya ini datangnya
dari TUHAN; kami tidak dapat mengatakan kepadamu baiknya atau buruknya. Lihat,
Ribka ada di depanmu, bawalah dia dan pergilah, supaya ia menjadi isteri anak
tuanmu, seperti yang difirmankan TUHAN." Ketika hamba Abraham itu
mendengar perkataan mereka, sujudlah ia sampai ke tanah menyembah TUHAN.
Kemudian hamba itu mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian
kebesaran, dan memberikan semua itu kepada Ribka; juga kepada saudaranya dan
kepada ibunya diberikannya pemberian yang indah-indah. Sesudah itu makan dan
minumlah mereka, ia dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia, dan mereka
bermalam di situ.
Paginya sesudah mereka bangun, berkatalah hamba itu:
"Lepaslah aku pulang kepada tuanku." Tetapi saudara Ribka berkata,
serta ibunya juga: "Biarkanlah anak gadis itu tinggal pada kami barang
sepuluh hari lagi, kemudian bolehlah engkau pergi." Tetapi jawabnya kepada
mereka: "Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku
berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku." Kata mereka: "Baiklah
kita panggil anak gadis itu dan menanyakan kepadanya sendiri." Lalu mereka
memanggil Ribka dan berkata kepadanya: "Maukah engkau pergi beserta orang
ini?" Jawabnya: "Mau." Maka Ribka, saudara mereka itu, dan inang
pengasuhnya beserta hamba Abraham dan orang-orangnya dibiarkan mereka pergi.
Dan mereka memberkati Ribka, kata mereka kepadanya: "Saudara kami,
moga-moga engkau menjadi beribu-ribu laksa, dan moga-moga keturunanmu menduduki
kota-kota musuhnya." Lalu berkemaslah Ribka beserta hamba-hambanya perempuan,
dan mereka naik unta mengikuti orang itu. Demikianlah hamba itu membawa Ribka
lalu berjalan pulang.
Adapun Ishak telah datang dari arah sumur Lahai-Roi; ia
tinggal di Tanah Negeb. Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk
berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada
unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya
Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah
laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu:
"Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan
bertelekunglah ia. Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang
dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan
mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan
setelah ibunya meninggal.
Jangan lupa Saat Teduh: 7 Januari - Tuntutan Hukum Allah: Kesempurnaan
No comments:
Post a Comment