5 Maret –
Bilangan 19:1-21:35
Air Pentahiran
TUHAN berfirman
kepada Musa dan Harun: "Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN
dengan berfirman: Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa
kepadamu seekor lembu betina merah yang tidak bercela, yang tidak ada cacatnya
dan yang belum pernah kena kuk. Dan haruslah kamu memberikannya kepada imam
Eleazar, maka lembu itu harus dibawa ke luar tempat perkemahan, lalu disembelih
di depan imam. Kemudian imam Eleazar harus mengambil dengan jarinya sedikit
dari darah lembu itu, lalu haruslah ia memercikkan sedikit ke arah sebelah
depan Kemah Pertemuan sampai tujuh kali. Sesudah itu haruslah lembu itu dibakar
habis di depan mata imam; kulitnya, dagingnya dan darahnya haruslah dibakar
habis bersama-sama dengan kotorannya. Dan imam haruslah mengambil kayu aras,
hisop dan kain kirmizi dan melemparkannya ke tengah-tengah api yang membakar
habis lembu itu. Kemudian haruslah imam mencuci pakaiannya dan membasuh
tubuhnya dengan air, sesudah itu masuk ke tempat perkemahan, dan imam itu najis
sampai matahari terbenam. Orang yang membakar habis lembu itu haruslah mencuci
pakaiannya dengan air dan membasuh tubuhnya dengan air, dan ia najis sampai
matahari terbenam. Maka seorang yang tahir haruslah mengumpulkan abu lembu itu
dan menaruhnya pada suatu tempat yang tahir di luar tempat perkemahan, supaya
semuanya itu tinggal tersimpan bagi umat Israel untuk membuat air pentahiran;
itulah penghapus dosa. Dan orang yang mengumpulkan abu lembu itu haruslah
mencuci pakaiannya, dan ia najis sampai matahari terbenam. Itulah suatu
ketetapan untuk selama-lamanya bagi orang Israel dan bagi orang asing yang
tinggal di tengah-tengahmu.
Orang yang kena
kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya. Ia harus menghapus dosa dari dirinya
dengan air itu pada hari yang ketiga, dan pada hari yang ketujuh ia tahir.
Tetapi jika pada hari yang ketiga ia tidak menghapus dosa dari dirinya, maka
tidaklah ia tahir pada hari yang ketujuh. Setiap orang yang kena kepada mayat,
yaitu tubuh manusia yang telah mati, dan tidak menghapus dosa dari dirinya, ia
menajiskan Kemah Suci TUHAN, dan orang itu haruslah dilenyapkan dari Israel;
karena air pentahiran tidak disiramkan kepadanya, maka ia najis; kenajisannya
masih melekat padanya.
Inilah hukumnya,
apabila seseorang mati dalam suatu kemah: setiap orang yang masuk ke dalam
kemah itu dan segala yang di dalam kemah itu najis tujuh hari lamanya; setiap
bejana yang terbuka yang tidak ada kain penutup terikat di atasnya adalah
najis. Juga setiap orang yang di padang, yang kena kepada seorang yang mati
terbunuh oleh pedang, atau kepada mayat, atau kepada tulang-tulang seorang
manusia, atau kepada kubur, orang itu najis tujuh hari lamanya. Bagi orang yang
najis haruslah diambil sedikit abu dari korban penghapus dosa yang dibakar
habis, lalu di dalam bejana abu itu dibubuhi air mengalir. Kemudian seorang
yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan
memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang
yang ada di sana, dan ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang, atau
kepada orang yang mati terbunuh, atau kepada mayat, atau kepada kubur itu;
orang yang tahir itu haruslah memercik kepada orang yang najis itu pada hari
yang ketiga dan pada hari yang ketujuh, dan pada hari yang ketujuh itu haruslah
ia menghapus dosa orang itu; dan orang yang najis itu haruslah mencuci
pakaiannya dan membasuh badannya dengan air, lalu ia tahir pada waktu matahari
terbenam. Tetapi orang yang telah najis, dan tidak menghapus dosa dari dirinya,
orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah jemaah itu, karena ia telah
menajiskan tempat kudus TUHAN; air pentahiran tidak ada disiramkan kepadanya,
jadi ia tetap najis. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk
selama-lamanya. Orang yang menyiramkan air penyuci itu, ia harus mencuci
pakaiannya, dan orang yang kena kepada air penyuci itu, ia menjadi najis sampai
matahari terbenam. Segala yang diraba orang yang najis itu menjadi najis dan
orang yang kena kepadanya menjadi najis juga sampai matahari terbenam."
Miryam Mati
Kemudian
sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam
bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan
dikuburkan di situ.
Dosa Musa dan Harun
Pada suatu kali,
ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan
Harun, dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: "Sekiranya kami
mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN!
Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak
kami mati di situ? Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa
kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur
dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?" Maka pergilah Musa dan Harun
dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah
kemuliaan TUHAN kepada mereka.
TUHAN berfirman
kepada Musa: "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus
menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu
itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu
itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya." Lalu Musa
mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya
kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit
batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang
durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan
tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak
mereka dapat minum.
Tetapi TUHAN
berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan
tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu
tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada
mereka."
Itulah mata air
Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan
kekudusan-Nya di antara mereka.
Edom menolak permintaan orang Israel
melalui negerinya
Kemudian Musa
mengirim utusan dari Kadesh kepada raja Edom dengan pesan: "Beginilah
perkataan saudaramu Israel: Engkau tahu segala kesusahan yang telah menimpa
kami, bahwa nenek moyang kami pergi ke Mesir, dan kami lama diam di Mesir dan
kami dan nenek moyang kami diperlakukan dengan jahat oleh orang Mesir; bahwa
kami berteriak kepada TUHAN, dan Ia mendengarkan suara kami, mengutus seorang
malaikat dan menuntun kami keluar dari Mesir. Sekarang ini kami ada di Kadesh,
sebuah kota di tepi perbatasanmu. Izinkanlah kiranya kami melalui negerimu;
kami tidak akan berjalan melalui ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu dan
kami tidak akan minum air sumurmu; jalan besar saja akan kami jalani dengan
tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sampai kami melalui batas
daerahmu." Tetapi orang Edom berkata kepada mereka: "Tidak boleh kamu
melalui daerah kami, nanti kami keluar menjumpai kamu dengan pedang!" Lalu
berkatalah orang Israel kepadanya: "Kami akan berjalan melalui jalan raya,
dan jika kami dan ternak kami minum airmu, maka kami akan membayar uangnya,
asal kami diizinkan lalu dengan berjalan kaki, hanya itu saja." Tetapi
jawab mereka: "Tidak boleh kamu lalu." Maka keluarlah orang Edom
menghadapi mereka dengan banyak rakyatnya dan dengan tentara yang kuat. Ketika
orang Edom tidak mau mengizinkan orang Israel lalu dari daerahnya, maka orang
Israel menyimpang meninggalkannya.
Harun mati
Setelah mereka
berangkat dari Kadesh, sampailah segenap umat Israel ke gunung Hor. Lalu
berkatalah TUHAN kepada Musa dan Harun dekat gunung Hor, di perbatasan tanah
Edom: "Harun akan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya, sebab ia tidak akan
masuk ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel, karena kamu berdua telah
mendurhaka kepada titah-Ku dekat mata air Meriba. Panggillah Harun dan Eleazar,
anaknya, dan bawalah mereka naik ke gunung Hor; tanggalkanlah pakaian Harun dan
kenakanlah itu kepada Eleazar, anaknya, kemudian Harun akan dikumpulkan kepada
kaum leluhurnya dan mati di sana." Lalu Musa melakukan seperti yang
diperintahkan TUHAN. Mereka naik ke gunung Hor sedang segenap umat itu
memandangnya. Musa menanggalkan pakaian Harun dan mengenakannya kepada Eleazar,
anaknya. Lalu matilah Harun di puncak gunung itu, kemudian Musa dengan Eleazar
turun dari gunung itu. Ketika segenap umat itu melihat, bahwa Harun telah mati,
maka seluruh orang Israel menangisi Harun tiga puluh hari lamanya.
Peperangan dekat Horma
Raja negeri
Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, mendengar, bahwa Israel datang
dari jalan Atarim, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa
orang tawanan dari pada mereka. Maka bernazarlah orang Israel kepada TUHAN,
katanya: "Jika Engkau serahkan bangsa ini sama sekali ke dalam tangan kami,
kami akan menumpas kota-kota mereka sampai binasa." TUHAN mendengarkan
permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian
orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat
itu dinamai Horma.
Ular tembaga
Setelah mereka berangkat
dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom,
maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka
berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar
dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti
dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu
TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka,
sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu
mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata
melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya
ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada
sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap
hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup.
Perjalanan ke daerah Moab
Kemudian
berangkatlah orang Israel, lalu berkemah di Obot. Berangkatlah mereka dari
Obot, lalu berkemah dekat reruntuhan di Abarim, di padang gurun yang di sebelah
timur Moab. Dari situ berangkatlah mereka, lalu berkemah di lembah Zered. Dari
situ berangkatlah mereka, lalu berkemah di seberang sungai Arnon yang di padang
gurun dan yang keluar dari daerah orang Amori, sebab sungai Arnon ialah batas
Moab, di antara orang Moab dan orang Amori. Itulah sebabnya dikatakan dalam
kitab peperangan TUHAN: "Waheb di Sufa dan lembah-lembah ke sungai Arnon,
dan lereng lembah-lembah; lereng itu terbentang ke tempat di mana terletak kota
Ar, dan bersandar pada batas daerah Moab." Dari sana mereka ke Beer.
Inilah sumur di mana TUHAN berfirman kepada Musa: "Kumpulkanlah bangsa
itu, maka Aku akan memberikan air kepada mereka." Pada waktu itu orang
Israel menyanyikan nyanyian ini: "Berbual-buallah, hai sumur! Mari kita
bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan karena sumur yang digali oleh raja-raja, yang
dikorek oleh kaum bangsawan di antara bangsa itu dengan tongkat-tongkat
kerajaan, dengan tongkat-tongkat mereka." Dan dari padang gurun mereka ke
Matana; dari Matana ke Nahaliel; dari Nahaliel ke Bamot; dari Bamot ke lembah
yang di daerah Moab, dekat puncak gunung Pisga yang menghadap Padang Belantara.
Peperangan melawan Sihon, raja Hesybon
Kemudian orang Israel mengirim utusan kepada
Sihon, raja orang Amori, dengan pesan: "Izinkanlah kami melalui negerimu;
kami tidak akan menyimpang masuk ke ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu,
kami tidak akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan,
sampai kami melalui batas daerahmu." Tetapi Sihon tidak mengizinkan orang
Israel berjalan melalui daerahnya, bahkan ia mengumpulkan seluruh laskarnya,
lalu keluar ke padang gurun menghadapi orang Israel, dan sesampainya di Yahas
berperanglah ia melawan orang Israel. Tetapi orang Israel mengalahkan dia
dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon sampai ke sungai
Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani Amon itu kuat. Dan
orang Israel merebut segala kota itu, lalu menetaplah mereka di segala kota
orang Amori, di Hesybon dan segala anak kotanya. Sebab Hesybon ialah kota
kediaman Sihon, raja orang Amori; raja ini tadinya berperang melawan raja Moab
yang lalu, dan merebut dari tangannya seluruh negerinya sampai ke sungai Arnon.
Itulah sebabnya penyair-penyair berkata: "Datanglah ke Hesybon, baiklah
dibangun dan baiklah diperkuat kota kediaman Sihon itu! Sebab api keluar dari
Hesybon, nyala dari kota kediaman Sihon, yang memakan habis Ar-Moab, yang
berkuasa atas bukit-bukit di sepanjang sungai Arnon. Celakalah engkau, ya Moab;
binasa engkau, ya bangsa Kamos! Ia membuat anak-anaknya lelaki menjadi
orang-orang pelarian, dan anak-anaknya perempuan menjadi tawanan kepada Sihon,
raja orang Amori. Kita telah menembaki mereka, Hesybon binasa sampai ke Dibon,
dan kita menanduskannya sampai ke Nofah, yang terbentang sampai ke
Medeba."
Peperangan melawan Og, Raja Basan
Demikianlah
orang Israel diam di negeri orang Amori. Setelah Musa menyuruh orang mengintai
kota Yaezer, mereka merebut segala anak kota Yaezer dan menghalau orang-orang
Amori yang ada di situ. Kemudian berpalinglah mereka dan maju ke arah Basan.
Lalu Og, raja Basan, beserta segala rakyatnya maju ke Edrei menjumpai mereka
untuk berperang. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Janganlah takut
kepadanya, sebab Aku menyerahkan dia dengan seluruh rakyatnya dan negerinya ke
dalam tanganmu, dan haruslah kaulakukan kepadanya seperti yang kaulakukan
kepada Sihon, raja orang Amori, yang diam di Hesybon." Maka mereka
mengalahkan dia dan anak-anaknya dan seluruh rakyatnya, sehingga seorangpun
dari mereka tidak ada yang dibiarkan terlepas; lalu mereka menduduki negerinya.
___
No comments:
Post a Comment