07 Juni - Pengkhotbah
7:1-11:6
Hikmat yang benar
Nama yang harum
lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada
hari kelahiran. Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta,
karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup
memperhatikannya. Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram
membuat hati lega. Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang
bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria. Mendengar hardikan orang
berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh. Karena seperti
bunyi duri terbakar di bawah kuali, demikian tertawa orang bodoh. Inipun
sia-sia. Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap
merusakkan hati.
Akhir suatu hal
lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang
bodoh. Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada
zaman sekarang?" Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal
itu. Hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan
bagi orang-orang yang melihat matahari. Karena perlindungan hikmat adalah
seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat
memelihara hidup pemilik-pemiliknya. Perhatikanlah pekerjaan Allah! Siapakah
dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya? Pada hari mujur
bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun
dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan
sesuatu mengenai masa depannya.
Dalam hidupku
yang sia-sia aku telah melihat segala hal ini: ada orang saleh yang binasa
dalam kesalehannya, ada orang fasik yang hidup lama dalam kejahatannya.
Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau
akan membinasakan dirimu sendiri? Janganlah terlalu fasik, janganlah bodoh!
Mengapa engkau mau mati sebelum waktumu? Adalah baik kalau engkau memegang yang
satu, dan juga tidak melepaskan yang lain, karena orang yang takut akan Allah
luput dari kedua-duanya. Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak
kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota. Sesungguhnya, di bumi tidak ada
orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa! Juga janganlah
memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang, supaya engkau tidak
mendengar pelayanmu mengutuki engkau. Karena hatimu tahu bahwa engkau juga
telah kerapkali mengutuki orang-orang lain.
Pengejaran hikmat yang mengecewakan
Kesemuanya ini
telah kuuji untuk mencapai hikmat. Kataku: "Aku hendak memperoleh
hikmat," tetapi hikmat itu jauh dari padaku. Apa yang ada, itu jauh dan
dalam, sangat dalam, siapa yang dapat menemukannya? Aku tujukan perhatianku
untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan, serta untuk
mengetahui bahwa kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan. Dan aku
menemukan sesuatu yang lebih pahit dari pada maut: perempuan yang adalah jala,
yang hatinya adalah jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan
Allah terhindar dari padanya, tetapi orang yang berdosa ditangkapnya.
Lihatlah, ini
yang kudapati, kata Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang
lain untuk mendapat kesimpulan, yang masih kucari tetapi tidak kudapati,
kudapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang
perempuan di antara mereka. Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah
telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.
Siapakah seperti
orang berhikmat? Dan siapakah yang mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat
manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya.
Kepatuhan kepada raja
Patuhilah
perintah raja demi sumpahmu kepada Allah. Janganlah tergesa-gesa pergi dari
hadapannya, janganlah bertahan dalam perkara yang jahat, karena ia berbuat apa
yang dikehendakinya. Karena titah raja berkuasa; siapakah yang akan mengatakan
kepadanya: "Apakah yang baginda buat?"
Siapa yang
mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati
orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena untuk segala sesuatu ada
waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya. Sesungguhnya, ia tak
mengetahui apa yang akan terjadi, karena siapakah yang akan mengatakan
kepadanya bagaimana itu akan terjadi? Tiada seorangpun berkuasa menahan angin
dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian. Tak ada istirahat dalam
peperangan, dan kefasikan tidak melepaskan orang yang melakukannya.
Pekerjaan Allah tidak dapat diselami
manusia
Semua ini telah
kulihat dan aku memberi perhatian kepada segala perbuatan yang dilakukan di
bawah matahari, ketika orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia
celaka.
Aku melihat juga
orang-orang fasik yang akan dikuburkan boleh masuk, sedangkan orang yang
berlaku benar harus pergi dari tempat yang kudus dan dilupakan dalam kota.
Inipun sia-sia. Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera
dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. Walaupun orang
yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu,
bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut
terhadap hadirat-Nya. Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan
dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut
terhadap hadirat Allah.
Ada suatu
kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima
ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang
menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar. Aku berkata:
"Inipun sia-sia!" Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, karena tak ada
kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan
bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang
diberikan Allah kepadanya di bawah matahari.
Ketika aku
memberi perhatianku untuk memahami hikmat dan melihat kegiatan yang dilakukan
orang di dunia tanpa mengantuk siang malam, maka nyatalah kepadaku, bahwa
manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di
bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak
akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia
mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.
Nasib semua orang sama
Sesungguhnya,
semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa
orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan
mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak
mengetahui apapun yang dihadapinya. Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib
orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik
maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang
mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana
orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang
bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah. Inilah yang celaka
dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama.
Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati
mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati. Tetapi siapa
yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih
baik dari pada singa yang mati. Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka
akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi
mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun
kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya
tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah
matahari.
Mari, makanlah
rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena
Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. Biarlah selalu putih pakaianmu dan
jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. Nikmatilah hidup dengan isteri yang
kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di
bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang
engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari. Segala sesuatu yang
dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak
ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke
mana engkau akan pergi.
Lagi aku melihat
di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan
keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang
berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang
cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua. Karena manusia
tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang
mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah
anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka
secara tiba-tiba.
Hikmat lebih baik dari pada kebodohan
Hal ini juga
kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; ada
sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung
menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar
terhadapnya; di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya
ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang
miskin itu. Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi
hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."
Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada
teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh. Hikmat lebih baik dari pada
alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal
yang baik.
Akibat-akibat dari kebodohan
Lalat yang mati
menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit
kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan. Hati orang
berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh ke kiri. Juga kalau ia
berjalan di lorong orang bodoh itu tumpul pikirannya, dan ia berkata kepada
setiap orang: "Orang itu bodoh!"
Jika amarah
penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran
mencegah kesalahan-kesalahan besar. Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah
matahari sebagai kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa: pada banyak
tempat yang tinggi, didudukkan orang bodoh, sedangkan tempat yang rendah
diduduki orang kaya. Aku melihat budak-budak menunggang kuda dan pembesar-pembesar
berjalan kaki seperti budak-budak. Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke
dalamnya, dan barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular. Barangsiapa
memecahkan batu akan dilukainya; barangsiapa membelah kayu akan dibahayakannya.
Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga,
tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat. Jika ular memagut sebelum
mantera diucapkan, maka tukang mantera tidak akan berhasil.
Perkataan mulut
orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri.
Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya
adalah kebebalan yang mencelakakan. Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun
orang tidak tahu apa yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan
kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia? Jerih payah orang bodoh melelahkan
orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota.
Wahai engkau
tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak, dan pemimpin-pemimpinmu pagi-pagi
sudah makan! Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari
kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan
bukan dalam kemabukan! Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena
kelambanan tangan bocorlah rumah. Untuk tertawa orang menghidangkan makanan;
anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu. Dalam pikiranpun
janganlah engkau mengutuki raja, dan dalam kamar tidur janganlah engkau
mengutuki orang kaya, karena burung di udara mungkin akan menyampaikan
ucapanmu, dan segala yang bersayap dapat menyampaikan apa yang kauucapkan.
Roti dilemparkan ke air
Lemparkanlah
rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.
Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau
tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi. Bila awan-awan sarat
mengandung hujan, maka hujan itu dicurahkannya ke atas bumi; dan bila pohon
tumbang ke selatan atau ke utara, di tempat pohon itu jatuh, di situ ia tinggal
terletak. Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa
senantiasa melihat awan tidak akan menuai. Sebagaimana engkau tidak mengetahui
jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung,
demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala
sesuatu. Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini
atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.
___
No comments:
Post a Comment