06 April –
Hakim-Hakim 19:24-21:25
Perbuatan Noda
Di Gibea
Terjadilah pada
zaman itu, ketika tidak ada raja di Israel, bahwa di balik pegunungan Efraim
ada seorang Lewi tinggal sebagai pendatang. Ia mengambil seorang gundik dari
Betlehem-Yehuda. Tetapi gundiknya itu berlaku serong terhadap dia dan pergi
dari padanya ke rumah ayahnya di Betlehem-Yehuda, lalu tinggal di sana empat
bulan lamanya. Berkemaslah suaminya itu, lalu pergi menyusul perempuan itu
untuk membujuk dia dan membawanya kembali; bersama-sama dia bujangnya dan
sepasang keledai. Ketika perempuan muda itu membawa dia masuk ke rumah ayahnya,
dan ketika ayah itu melihat dia, maka bersukacitalah ia mendapatkannya.
Mertuanya, ayah perempuan muda itu, tidak membiarkan dia pergi, sehingga ia
tinggal tiga hari lamanya pada ayah itu; mereka makan, minum dan bermalam di
sana. Tetapi pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika
orang Lewi itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada
menantunya: "Segarkanlah dirimu dahulu dengan sekerat roti, kemudian
bolehlah kamu pergi." Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah
keduanya bersama-sama. Kata ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu:
"Baiklah putuskan untuk tinggal bermalam dan biarlah hatimu gembira."
Tetapi ketika orang itu bangun untuk pergi juga, mertuanya itu mendesaknya,
sehingga ia tinggal pula di sana bermalam. Pada hari yang kelima, ketika ia
bangun pagi-pagi untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu: "Mari,
segarkanlah dirimu dahulu, dan tinggallah sebentar lagi, sampai matahari
surut." Lalu makanlah mereka keduanya. Ketika orang itu bangun untuk
pergi, bersama dengan gundiknya dan bujangnya, berkatalah mertuanya, ayah
perempuan muda itu, kepadanya: "Lihatlah, matahari telah mulai turun
menjelang petang; baiklah tinggal bermalam, lihat, matahari hampir terbenam,
tinggallah di sini bermalam dan biarlah hatimu gembira; maka besok kamu dapat
bangun pagi-pagi untuk berjalan dan pulang ke rumahmu." Tetapi orang itu
tidak mau tinggal bermalam; ia berkemas, lalu pergi. Demikian sampailah ia di
daerah yang berhadapan dengan Yebus--itulah Yerusalem--;bersama-sama dengan dia
ada sepasang keledai yang berpelana dan gundiknya juga.
Ketika mereka
dekat ke Yebus dan ketika matahari telah sangat rendah, berkatalah bujang itu
kepada tuannya: "Marilah kita singgah di kota orang Yebus ini dan bermalam
di situ." Tetapi tuannya menjawabnya: "Kita tidak akan singgah di
kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita akan berjalan terus
sampai ke Gibea." Lagi katanya kepada bujangnya: "Marilah kita
berjalan sampai ke salah satu tempat yang di sana dan bermalam di Gibea atau di
Rama." Lalu berjalanlah mereka melanjutkan perjalanannya, dan matahari
terbenam, ketika mereka dekat Gibea kepunyaan suku Benyamin. Sebab itu
singgahlah mereka di Gibea, lalu masuk untuk bermalam di situ, dan setelah
sampai, duduklah mereka di tanah lapang kota. Tetapi tidak ada seorangpun yang
mengajak mereka ke rumah untuk bermalam.
Tetapi datanglah
pada malam itu seorang tua, yang pulang dari pekerjaannya di ladang. Orang itu
berasal dari pegunungan Efraim dan tinggal di Gibea sebagai pendatang, tetapi
penduduk tempat itu adalah orang Benyamin. Ketika ia mengangkat mukanya dan
melihat orang yang dalam perjalanan itu di tanah lapang kota, berkatalah orang
tua itu: "Ke manakah engkau pergi dan dari manakah engkau datang?"
Jawabnya kepadanya: "Kami sedang dalam perjalanan dari Betlehem-Yehuda ke
balik pegunungan Efraim. Dari sanalah aku berasal; aku tadinya pergi ke Betlehem-Yehuda
dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumah. Tetapi tidak ada orang yang
mengajak aku ke rumahnya, walaupun ada padaku jerami dan makanan untuk keledai
kami, pula roti dan anggur untuk aku sendiri, untuk hambamu perempuan ini dan
untuk bujang yang bersama-sama dengan hambamu ini; kami tidak kekurangan
sesuatu." Lalu berkatalah orang tua itu: "Jangan kuatir! Segala yang
engkau perlukan biarlah aku yang menanggung, tetapi janganlah engkau bermalam
di tanah lapang kota ini." Sesudah itu dibawanyalah dia masuk ke rumahnya,
lalu keledai-keledai diberinya makan; maka merekapun membasuh kaki, makan dan
minum.
Tetapi sementara
mereka menggembirakan hatinya, datanglah orang-orang kota itu, orang-orang
dursila, mengepung rumah itu. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata
kepada orang tua, pemilik rumah itu: "Bawalah ke luar orang yang datang ke
rumahmu itu, supaya kami pakai dia." Lalu keluarlah pemilik rumah itu
menemui mereka dan berkata kepada mereka: "Tidak, saudara-saudaraku,
janganlah kiranya berbuat jahat; karena orang ini telah masuk ke rumahku,
janganlah kamu berbuat noda. Tetapi ada anakku perempuan, yang masih perawan,
dan juga gundik orang itu, baiklah kubawa keduanya ke luar; perkosalah mereka
dan perbuatlah dengan mereka apa yang kamu pandang baik, tetapi terhadap orang
ini janganlah kamu berbuat noda." Tetapi orang-orang itu tidak mau
mendengarkan perkataannya. Lalu orang Lewi itu menangkap gundiknya dan
membawanya kepada mereka ke luar, kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan
itu dan semalam-malaman itu mereka mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada
waktu fajar menyingsing mereka melepaskan perempuan itu. Menjelang pagi
perempuan itu datang kembali, tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang
itu, tempat tuannya bermalam, dan ia tergeletak di sana sampai fajar.
Pada waktu
tuannya bangun pagi-pagi, dibukanya pintu rumah dan pergi ke luar untuk
melanjutkan perjalanannya, tetapi tampaklah perempuan itu, gundiknya,
tergeletak di depan pintu rumah dengan tangannya pada ambang pintu. Berkatalah
ia kepada perempuan itu: "Bangunlah, marilah kita pergi." Tetapi
tidak ada jawabnya. Lalu diangkatnyalah mayat itu ke atas keledai, berkemaslah
ia, kemudian pergi ke tempat kediamannya. Sesampai di rumah, diambilnyalah
pisau, dipegangnyalah mayat gundiknya, dipotong-potongnya menurut
tulang-tulangnya menjadi dua belas potongan, lalu dikirimnya ke seluruh daerah
orang Israel. Dan setiap orang yang melihatnya, berkata: "Hal yang
demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat, sejak orang Israel
berangkat keluar dari tanah Mesir sampai sekarang. Perhatikanlah itu,
pertimbangkanlah, lalu berbicaralah!"
Peperangan orang Israel melawan bani
Benyamin
Lalu majulah
semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead
berkumpullah umat itu secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa. Maka berdirilah
para pemuka dari seluruh bangsa itu, dari segala suku orang Israel, memimpin
jemaah umat Allah yang jumlahnya empat ratus ribu orang berjalan kaki, yang
bersenjatakan pedang. Kedengaranlah kepada bani Benyamin, bahwa orang Israel
telah maju ke Mizpa. Berkatalah orang Israel: "Ceritakan bagaimana
kejahatan itu terjadi." Lalu orang Lewi, suami perempuan yang terbunuh
itu, menjawab: "Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku
Benyamin untuk bermalam di sana. Lalu warga-warga kota Gibea itu mendatangi aku
dan mengepung rumah itu pada malam hari untuk menyerang aku. Mereka bermaksud
membunuh aku, tetapi gundikku diperkosa mereka, sehingga mati. Maka kuambillah
mayat gundikku, kupotong-potong dia dan kukirimkan ke seluruh daerah milik
pusaka orang Israel, sebab orang-orang itu telah berbuat mesum dan berbuat noda
di antara orang Israel. Sekarang kamu sekalian, orang Israel, telah ada di
sini. Berikanlah di sini pertimbanganmu dan nasihatmu." Kemudian bangunlah
seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: "Seorangpun dari pada
kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke
rumahnya. Inilah yang akan kita lakukan kepada Gibea; memeranginya, dengan
membuang undi! Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari
tiap-tiap seratus, seratus orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari
tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah
mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan
noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel." Demikianlah
orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak.
Kemudian
suku-suku Israel mengirim orang kepada seluruh suku Benyamin dengan pesan:
"Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu itu! Maka sekarang,
serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea itu,
supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang jahat
itu dari antara orang Israel." Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan
perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu. Sebaliknya, bani Benyamin dari
kota-kota lain berkumpul di Gibea untuk maju berperang melawan orang Israel.
Pada hari itu dihitunglah jumlah bani Benyamin dari kota-kota lain itu: dua
puluh enam ribu orang yang bersenjatakan pedang, belum termasuk penduduk Gibea,
yang terhitung tujuh ratus orang pilihan banyaknya. Dari segala laskar ini ada
tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat
mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun.
Juga orang-orang
Israel dihitung jumlahnya; dengan tidak termasuk suku Benyamin ada empat ratus
ribu orang yang bersenjatakan pedang; semuanya itu prajurit. Lalu orang Israel
berangkat dan maju ke Betel. Di sana mereka bertanya kepada Allah: "Siapakah
dari kami yang lebih dahulu maju berperang melawan bani Benyamin?" Jawab
TUHAN: "Suku Yehudalah lebih dahulu." Lalu orang-orang Israel bangun
pagi-pagi dan berkemah mengepung Gibea. Kemudian majulah orang-orang Israel
berperang melawan suku Benyamin; orang-orang Israel mengatur barisan perangnya
melawan mereka dekat Gibea. Juga bani Benyamin maju menyerang dari Gibea dan
menggugurkan ke bumi dua puluh dua ribu orang dari antara orang Israel pada
hari itu. Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya, lalu
mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya semula.
Kemudian pergilah orang-orang Israel, lalu menangis di hadapan TUHAN sampai
petang, sesudah itu mereka bertanya kepada TUHAN: "Akan pergi pulakah kami
berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu?" Jawab TUHAN:
"Majulah melawan mereka." Tetapi ketika orang-orang Israel pada hari
kedua sampai di dekat bani Benyamin, maka pada hari kedua itu majulah suku
Benyamin dari Gibea menyerbu mereka, dan digugurkannya pula ke bumi delapan
belas ribu orang di antara orang-orang Israel; semuanya orang-orang yang
bersenjatakan pedang. Kemudian pergilah semua orang Israel, yakni seluruh
bangsa itu, lalu sampai di Betel; di sana mereka tinggal menangis di hadapan
TUHAN, berpuasa sampai senja pada hari itu dan mempersembahkan korban bakaran
dan korban keselamatan di hadapan TUHAN. Dan orang-orang Israel bertanya kepada
TUHAN--pada waktu itu ada di sana tabut perjanjian Allah, dan Pinehas bin
Eleazar bin Harun menjadi imam Allah pada waktu itu--kata mereka:
"Haruskah kami maju sekali lagi untuk berperang melawan bani Benyamin,
saudara kami itu, atau haruskah kami hentikan itu?" Jawab TUHAN:
"Majulah, sebab besok Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu."
Lalu orang
Israel menempatkan penghadang-penghadang sekeliling Gibea. Pada hari ketiga
majulah orang-orang Israel melawan bani Benyamin dan mengatur barisannya
melawan Gibea seperti yang sudah-sudah. Maka majulah bani Benyamin menyerbu
laskar itu; mereka terpancing dari kota, dan seperti yang sudah-sudah, mereka
mulai menyerang laskar itu pada kedua jalan raya--yang satu menuju ke Betel,
dan yang lain ke Gibea melalui padang--sehingga terbunuh beberapa orang,
kira-kira tiga puluh orang di antara orang Israel. Maka kata bani Benyamin:
"Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita seperti semula."
Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat lebih dahulu: "Marilah kita
lari dan memancing mereka dari kota ke jalan-jalan raya." Jadi orang
Israel bangun dari tempatnya dan mengatur barisannya di Baal-Tamar, sedang
orang Israel yang menghadang itu tiba-tiba keluar dari tempatnya, yakni tempat
terbuka dekat Geba, dan sampai di depan Gibea, sebanyak sepuluh ribu orang
pilihan dari seluruh Israel. Pertempuran itu dahsyat, tetapi bani Benyamin
tidak tahu bahwa malapetaka datang menimpa mereka. TUHAN membuat suku Benyamin
terpukul kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu orang-orang Israel
memusnahkan dari antara suku Benyamin dua puluh lima ribu seratus orang,
semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang.
Bani Benyamin
melihat, bahwa mereka telah terpukul kalah. Sementara orang-orang Israel agak
mundur di depan suku Benyamin--sebab mereka mempercayai penghadang-penghadang
yang ditempatkan mereka untuk menyerang Gibea-- maka segeralah penghadang-penghadang
itu menyerbu Gibea. Mereka bergerak maju dan memukul seluruh kota itu dengan
mata pedang. Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat dengan
penghadang-penghadang itu untuk menaikkan gumpalan asap tebal dari kota itu.
Ketika orang-orang Israel mundur dalam pertempuran itu, maka suku Benyamin
mulai menyerang orang Israel, sehingga terbunuh kira-kira tiga puluh orang,
karena pikir mereka: "Tentulah orang-orang itu terpukul kalah sama sekali
oleh kita seperti dalam pertempuran yang dahulu." Tetapi pada waktu itu
mulailah gumpalan asap naik dari kota itu seperti tiang asap. Suku Benyamin
menoleh ke belakang dan tampaklah kota itu seluruhnya terbakar, apinya naik ke
langit. Lagipula orang-orang Israel maju lagi. Maka gemetarlah orang-orang Benyamin
itu, sebab mereka melihat, bahwa malapetaka datang menimpa mereka. Jadi larilah
mereka dari depan orang-orang Israel itu, ke arah padang gurun, tetapi
pertempuran itu tidak dapat dihindari mereka, lalu orang-orang dari kota-kota
menghabisi mereka di tengah-tengahnya. Mereka mengepung suku Benyamin itu,
mengejarnya dengan tak henti-hentinya dan melandanya sampai di depan Gibea, di
sebelah timur. Dari bani Benyamin ada tewas delapan belas ribu orang, semuanya
orang-orang gagah perkasa.
Yang lain
berpaling lari ke padang gurun, ke bukit batu Rimon. Tetapi di jalan-jalan raya
masih diadakan penyabitan susulan di antara mereka: lima ribu orang; mereka
diburu sampai ke Gideom dan dipukul mati dua ribu orang dari mereka. Maka yang
tewas dari suku Benyamin pada hari itu seluruhnya berjumlah dua puluh lima ribu
orang yang bersenjatakan pedang, semuanya orang-orang gagah perkasa. Tetapi
enam ratus orang berpaling lari ke padang gurun, ke bukit batu Rimon, dan
tinggal empat bulan lamanya di bukit batu itu. Tetapi orang-orang Israel
kembali kepada bani Benyamin dan memukul mereka dengan mata pedang, baik
manusia baik hewan dan segala sesuatu yang terdapat di sana. Juga segala kota
yang terdapat di sana mereka musnahkan dengan api.
Suku Benyamin dapat tetap hidup
Orang-orang
Israel telah bersumpah di Mizpa, demikian: "Seorangpun dari kita takkan
memberikan anaknya perempuan kepada seorang Benyamin menjadi isterinya."
Ketika bangsa itu datang ke Betel dan tinggal di situ di hadapan Allah sampai
petang, maka merekapun menyaringkan suaranya menangis dengan sangat keras,
katanya: "Mengapa, ya TUHAN, Allah Israel, terjadi hal yang begini di
antara orang Israel, yakni bahwa hari ini satu suku dari antara orang Israel
hilang?" Keesokan harinya pagi-pagi maka bangsa itu mendirikan mezbah di
situ, lalu mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
Pada waktu itu
berkatalah orang-orang Israel: "Siapakah dari seluruh suku Israel yang
tidak ikut datang dengan jemaah ini untuk menghadap TUHAN?" Sebab mereka
telah bersumpah dengan sungguh-sungguh mengenai orang yang tidak datang
menghadap TUHAN di Mizpa, demikian: "Pastilah ia dihukum mati."
Orang-orang Israel merasa kasihan terhadap suku Benyamin, saudaranya itu, maka
kata mereka: "Hari ini ada satu suku terputus dari orang Israel. Apakah yang
dapat kita lakukan kepada orang-orang yang tinggal itu dalam hal mencarikan
isteri, karena kitalah yang bersumpah demi TUHAN untuk tidak memberikan
seorangpun dari anak-anak perempuan kita kepada mereka menjadi isterinya?"
Sebab itu berkatalah mereka: "Dari suku-suku Israel adakah satu yang tidak
datang menghadap TUHAN di Mizpa?" Lalu tampaklah, bahwa dari Yabesh-Gilead
tidak ada seorangpun yang datang ke perkemahan jemaah itu. Lalu diperiksa
jumlah bangsa itu, dan tampaklah tidak hadir seorangpun dari penduduk Yabesh-Gilead.
Maka perkumpulan itu menyuruh ke situ dua belas ribu orang dari orang-orang
gagah perkasa dengan memerintahkan kepada mereka, demikian: "Pergilah,
pukullah penduduk Yabesh-Gilead dengan mata pedang, juga perempuan-perempuan
dan anak-anak. Tetapi perbuatlah begini: hanya semua laki-laki sajalah dan
semua perempuan yang telah pernah tidur dengan laki-laki harus kamu
tumpas." Mereka menjumpai di antara penduduk Yabesh-Gilead empat ratus
orang anak gadis, perawan yang belum pernah tidur dengan orang laki-laki, lalu
gadis-gadis itu dibawa mereka ke perkemahan di Silo, di tanah Kanaan.
Sesudah itu
segenap umat itu menyuruh orang membawa pesan kepada bani Benyamin yang ada di
bukit batu Rimon, lalu memaklumkan damai kepada mereka. Pada waktu itu
kembalilah suku Benyamin, dan kepada mereka diberikan perempuan-perempuan yang
telah dibiarkan hidup dari antara perempuan Yabesh-Gilead; tetapi belum cukup
juga jumlahnya bagi mereka. Maka bangsa itu merasa kasihan kepada suku
Benyamin, karena TUHAN telah membuat keretakan di antara suku-suku Israel.
Kemudian
berkatalah para tua-tua umat itu: "Apakah yang dapat kita lakukan kepada
yang tinggal ini dalam hal mencarikan isteri? Sebab perempuan-perempuan telah
punah dari antara suku Benyamin." Lagi kata mereka: "Warisan orang-orang
yang terluput itu haruslah tetap tinggal pada suku Benyamin, supaya jangan ada
suku yang terhapus dari antara orang Israel. Tetapi kita ini tidak dapat
memberikan isteri kepada mereka dari anak-anak perempuan kita." Sebab
orang-orang Israel telah bersumpah, demikian: "Terkutuklah orang yang
memberikan isteri kepada suku Benyamin!" Lalu kata mereka pula:
"Setiap tahun ada perayaan bagi TUHAN di Silo yang letaknya di sebelah
utara Betel, di sebelah timur jalan raya yang menuju dari Betel ke Sikhem dan
di sebelah selatan Lebona." Maka mereka berpesan kepada bani Benyamin,
demikian: "Pergilah menghadang di kebun-kebun anggur. Perhatikanlah
baik-baik; maka apabila anak-anak perempuan Silo keluar untuk menari-nari,
baiklah kamu keluar dari kebun-kebun anggur itu, dan masing-masing melarikan
seorang dari anak-anak perempuan Silo itu menjadi isterinya dan pergi ke tanah
Benyamin. Apabila ayah atau saudaranya laki-laki datang untuk menuntutnya
kepada kami, maka kami akan berkata kepada mereka: Serahkanlah mereka itu
kepada kami dengan rela hati, sebab dalam pertempuran kita tidak dapat
menangkap seorang perempuan untuk menjadi isteri mereka masing-masing. Memang
kamu ini tidak memberikan anak-anak gadis itu kepada mereka; sebab seandainya
demikian, kamu bersalah." Jadi bani Benyamin berbuat demikian; dari
gadis-gadis yang menari-nari yang dirampas itu mereka mengambil perempuan,
jumlahnya sama dengan jumlah mereka, kemudian pulanglah mereka ke milik
pusakanya lalu membangun kota-kotanya kembali dan diam di sana.
Pada waktu itu
pergilah orang Israel dari sana, masing-masing menurut suku dan kaumnya; mereka
masing-masing berangkat dari sana ke milik pusakanya.
Pada zaman itu
tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar
menurut pandangannya sendiri.
___
Ayo Saat Teduh:
06 April – Yesus Kristus, Satu-Satunya Dasar Kita
No comments:
Post a Comment