24 November - Roma
2:1-4:25
Surat Paulus Kepada
Jemaat Di Roma (lanjutan)
Karena itu,
hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri
tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi
dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal
yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa
hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang
menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya
juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu,
bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau
bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka
dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan
tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang
mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat
kepada kelaliman. Penderitaan dan
kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama
orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi
kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang
berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu.
Sebab semua
orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua
orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. Karena bukanlah orang yang mendengar hukum
Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah
yang akan dibenarkan. Apabila
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri
melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki
hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut
bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana
Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu
yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
Tetapi, jika
kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah
dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya,
dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana
yang tidak, dan yakin, bahwa engkau
adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang
belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala
kepandaian dan kebenaran. Jadi,
bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri?
Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri
mencuri? Engkau yang berkata:
"Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik
akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa
engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena
kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."
Sunat memang
ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar
hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat
memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan
orang yang telah disunat? Jika demikian,
maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan
menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar
hukum Taurat. Sebab yang disebut Yahudi
bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat
yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi
orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah
sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya
datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Jika
demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? Banyak sekali, dan di dalam segala hal.
Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada
yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah
benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis:
"Supaya
Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu,
dan menang,
jika Engkau dihakimi."
Tetapi jika
ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan?
Tidak adilkah Allah--aku berkata sebagai manusia--jika Ia menampakkan
murka-Nya? Sekali-kali tidak! Andaikata
demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia? Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku
semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai
orang berdosa? Bukankah tidak benar
fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat
yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah
selayaknya mendapat hukuman.
Jadi
bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali
tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa,
seperti ada tertulis:
"Tidak
ada yang benar, seorangpun tidak.
Tidak ada
seorangpun yang berakal budi,
tidak ada
seorangpun yang mencari Allah.
Semua orang
telah menyeleweng,
mereka semua
tidak berguna,
tidak ada
yang berbuat baik, seorangpun tidak.
Kerongkongan
mereka seperti kubur yang ternganga,
lidah mereka
merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa.
Mulut mereka
penuh dengan sumpah serapah,
kaki mereka
cepat untuk menumpahkan darah.
Keruntuhan
dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka,
dan jalan
damai tidak mereka kenal;
rasa takut
kepada Allah tidak ada pada orang itu."
Tetapi kita
tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada
mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan
seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.
Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal
dosa.
Tetapi
sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang
disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus
Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah, dan
oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus. Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini
dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa
yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan
keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan
orang yang percaya kepada Yesus.
Jika
demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa?
Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi
saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga
adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya,
kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena
iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.
Jika
demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak!
Sebaliknya, kami meneguhkannya.
Jadi apakah
akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena
perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan
Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab
Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal
itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau
ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi
sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang
yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka,
imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan
berdasarkan perbuatannya:
"Berbahagialah
orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya,
dan yang
ditutupi dosa-dosanya;
berbahagialah
manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."
Adakah
ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang
tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman
diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam
keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan
sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Dan
tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang
ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua
orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat,
yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman
Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.
Sebab bukan
karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya,
bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari
hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan
batallah janji itu. Karena hukum Taurat
membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada
juga pelanggaran.
Karena
itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga
janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang
hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham.
Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --
seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak
bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang
menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak
ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak
ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia
akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan:
"Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia
mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira
seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang
karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan
Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa
Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya
sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu
"hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham
saja, tetapi ditulis juga untuk kita;
sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia,
yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
___
Ayo Saat
Teduh: 24 November – Kelimpahan Kasih Karunia Untuk Transformasi (3)
No comments:
Post a Comment