05 Desember - Kisah
Para Rasul 27:1-44
Paulus berlayar ke
Roma
Setelah
diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang
tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan
Kaisar. Kami naik ke sebuah kapal dari
Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia,
lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai
kami. Pada keesokan harinya kami singgah
di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya
mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. Oleh karena angin sakal kami berlayar dari
situ menyusur pantai Siprus. Dan setelah
mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di
daerah Likia.
Di
situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar
ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu.
Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan
susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur
pantai Kreta melewati tanjung Salmone. Sesudah
kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat
bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea.
Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau
dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus
memperingatkan mereka, katanya: "Saudara-saudara,
aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan
kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa
kita." Tetapi perwira itu lebih
percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal
di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk
berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama
musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke
arah barat daya dan ke arah barat laut. Pada
waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa
maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar
dekat sekali menyusur pantai Kreta.
Kapal
terkandas
Tetapi tidak berapa lama
kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin
"Timur Laut". Kapal itu
dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah
saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah
pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai
sekoci kapal itu. Dan setelah sekoci itu
dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti
kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka
menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan
angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke
laut. Dan pada hari yang ketiga mereka
membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. Setelah beberapa hari lamanya baik matahari
maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat
terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat
menyelamatkan diri kami.
Dan
karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah
mereka dan berkata: "Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti,
supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran
dan kerugian ini! Tetapi sekarang, juga
dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati,
sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari
Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di
sisiku, dan ia berkata: Jangan takut,
Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah,
maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat
karena engkau. Sebab itu tabahkanlah
hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti
terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau."
Malam
yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut
Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah
dekat daratan. Lalu mereka mengulurkan
batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju
sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas
di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami
sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.
Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal.
Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan
beberapa sauh di haluan. Karena itu
Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: "Jika mereka tidak
tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat." Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali
sekoci dan membiarkannya hanyut.
Ketika
hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya:
"Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan
tidak makan apa-apa. Karena itu aku
menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu.
Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut
kepalanya." Sesudah berkata
demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua
mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.
Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus
tujuh puluh enam jiwa. Setelah makan
kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal
itu. Dan ketika hari mulai siang, mereka
melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan
itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke
situ. Mereka melepaskan tali-tali sauh,
lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan
tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju
pantai. Tetapi mereka melanggar busung
pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat
bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat.
Pada
waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya
jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan
Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya
orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke
darat, dan supaya orang-orang lain
menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah
mereka semua selamat naik ke darat.
___
Ayo
Saat Teduh: 05 Desember – Tetap Tinggal Dalam Firman Kasih Karunia-Nya (4)
No comments:
Post a Comment