28 Desember - Wahyu
7:1-10:11
Wahyu kepada Yohanes (lanjutan)
Kemudian
dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan
mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat,
atau di laut atau di pohon-pohon. Dan
aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia
membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada
keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau
laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada
dahi mereka!"
Dan aku
mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
Dari suku
Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan,
dari suku
Ruben dua belas ribu,
dari suku
Gad dua belas ribu,
dari suku
Asyer dua belas ribu,
dari suku
Naftali dua belas ribu,
dari suku
Manasye dua belas ribu,
dari suku
Simeon dua belas ribu,
dari suku
Lewi dua belas ribu,
dari suku
Isakhar dua belas ribu,
dari suku
Zebulon dua belas ribu,
dari suku
Yusuf dua belas ribu,
dari suku
Benyamin dua belas ribu.
Kemudian
dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang
tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan
bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah
putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru:
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di
atas takhta dan bagi Anak Domba!"
Dan semua malaikat berdiri
mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di
hadapan takhta itu dan menyembah Allah, sambil
berkata:
"Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat
dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai
selama-lamanya! Amin!"
Dan seorang
dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai
jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan
mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah
orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci
jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta
Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas
takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga
lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta
itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.
Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."
Dan ketika
Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga,
kira-kira setengah jam lamanya. Lalu aku
melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka
diberikan tujuh sangkakala.
Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah. Lalu malaikat itu
mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya
ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
Dan ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup
sangkakala.
Lalu
malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api,
bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah
sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh
rumput-rumputan hijau.
Lalu
malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar,
yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut
itu menjadi darah, dan matilah sepertiga
dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari
semua kapal.
Lalu
malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah
bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari
sungai-sungai dan mata-mata air. Nama
bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan
banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.
Lalu
malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari
matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga
sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang
dan demikian juga malam hari.
Lalu aku
melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata
dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas
bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup
sangkakalanya."
Lalu
malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang
jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang
jurang maut. Maka dibukanyalah pintu
lobang jurang maut itu, lalu naiklah asap dari lobang itu bagaikan asap tanur
besar, dan matahari dan angkasa menjadi gelap oleh asap lobang itu. Dan dari asap itu berkeluaranlah
belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka diberikan kuasa sama seperti
kuasa kalajengking-kalajeng di bumi. Dan
kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi
atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak
memakai meterai Allah di dahinya. Dan
mereka diperkenankan bukan untuk membunuh manusia, melainkan hanya untuk
menyiksa mereka lima bulan lamanya, dan siksaan itu seperti siksaan
kalajengking, apabila ia menyengat manusia.
Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak
akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari
mereka.
Dan rupa
belalang-belalang itu sama seperti kuda yang disiapkan untuk peperangan, dan di
atas kepala mereka ada sesuatu yang menyerupai mahkota emas, dan muka mereka
sama seperti muka manusia, dan rambut
mereka sama seperti rambut perempuan dan gigi mereka sama seperti gigi
singa, dan dada mereka sama seperti baju
zirah, dan bunyi sayap mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak
kuda, yang sedang lari ke medan peperangan.
Dan ekor mereka sama seperti kalajengking dan ada sengatnya, dan di
dalam ekor mereka itu terdapat kuasa mereka untuk menyakiti manusia, lima bulan
lamanya. Dan raja yang memerintah mereka
ialah malaikat jurang maut; namanya dalam bahasa Ibrani ialah Abadon dan dalam
bahasa Yunani ialah Apolion. Celaka yang
pertama sudah lewat. Sekarang akan menyusul dua celaka lagi.
Lalu
malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku mendengar suatu suara keluar
dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah, dan berkata kepada malaikat yang keenam yang
memegang sangkakala itu: "Lepaskanlah keempat malaikat yang terikat dekat
sungai besar Efrat itu." Maka
dilepaskanlah keempat malaikat yang telah disiapkan bagi jam dan hari, bulan
dan tahun untuk membunuh sepertiga dari umat manusia. Dan jumlah tentara itu ialah dua puluh ribu
laksa pasukan berkuda; aku mendengar jumlah mereka. Maka demikianlah aku melihat dalam penglihatan
ini kuda-kuda dan orang-orang yang menungganginya; mereka memakai baju zirah,
merah api dan biru dan kuning belerang warnanya; kepala kuda-kuda itu sama
seperti kepala singa, dan dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang. Oleh ketiga malapetaka ini dibunuh sepertiga
dari umat manusia, yaitu oleh api, dan asap dan belerang, yang keluar dari
mulutnya. Sebab kuasa kuda-kuda itu
terdapat di dalam mulutnya dan di dalam ekornya. Sebab ekornya sama seperti
ular; mereka berkepala dan dengan kepala mereka itu mereka mendatangkan
kerusakan.
Tetapi
manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari
perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan
berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak
dapat melihat atau mendengar atau berjalan,
dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan
pencurian.
Dan aku
melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan,
dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan
kakinya bagaikan tiang api. Dalam
tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan
kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi, dan ia berseru dengan suara nyaring sama
seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu
memperdengarkan suaranya. Dan sesudah
ketujuh guruh itu selesai berbicara, aku mau menuliskannya, tetapi aku
mendengar suatu suara dari sorga berkata: "Meteraikanlah apa yang
dikatakan oleh ketujuh guruh itu dan janganlah engkau menuliskannya!"
Dan malaikat
yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya
ke langit, dan ia bersumpah demi Dia
yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala
isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya:
"Tidak akan ada penundaan lagi! Tetapi
pada waktu bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh, yaitu apabila ia meniup
sangkakalanya, maka akan genaplah keputusan rahasia Allah, seperti yang telah
Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi."
Dan suara
yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya:
"Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang
berdiri di atas laut dan di atas bumi itu." Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan
meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya
kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa
pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu." Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan
malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu,
tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya. Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus
bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."
___
Ayo Saat
Teduh: 28 Desember – Undangan Untuk Berdoa Di Tahta Kasih Karunia (2)
No comments:
Post a Comment