12 Desember - Yakobus
1:1-3:18
Surat Yakobus
Salam dari
Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di
perantauan.
Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu
menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang
kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan
kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka
hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah
ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang
bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh
angin. Orang yang demikian janganlah
mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan
tenang dalam hidupnya.
Baiklah
saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang
tinggi, dan orang kaya karena
kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput. Karena matahari terbit dengan panasnya yang
terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah
semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala
usahanya ia akan lenyap.
Berbahagialah
orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan
menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia. Apabila seorang dicobai,
janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai
siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai
oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia
melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Saudara-saudara
yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan
karena pertukaran. Atas kehendak-Nya
sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada
tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Hai
saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat
untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah; sebab amarah manusia tidak
mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab
itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan
terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang
berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Tetapi
hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya,
ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya
di depan cermin. Baru saja ia memandang
dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang
sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya,
jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Jikalau ada
seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia
menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di
hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam
kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh
dunia.
Saudara-saudaraku,
sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia,
janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam
kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang
miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk,
dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata
kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang
kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!"
atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di
dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?
Dengarkanlah,
hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang
dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli
waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi
Dia? Tetapi kamu telah menghinakan
orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan
yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah
mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik
Allah? Akan tetapi, jikalau kamu
menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu
berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan
pelanggaran. Sebab barangsiapa menuruti
seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah
terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang
mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan
membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu
menjadi pelanggar hukum juga. Berkatalah
dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang
memerdekakan orang. Sebab penghakiman
yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.
Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.
Apakah
gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman,
padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak
mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata:
"Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!",
tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu? Demikian juga halnya dengan
iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya
adalah mati.
Tetapi
mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada
perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu
tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku." Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman
tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,
ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan
perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna. Dengan jalan demikian genaplah
nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham
disebut: "Sahabat Allah." Jadi
kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan
hanya karena iman. Dan bukankah demikian
juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong
mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab
seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa
perbuatan-perbuatan adalah mati.
Saudara-saudaraku,
janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa
sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal;
barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang
dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak
kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh
tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal,
walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan
oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota
kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.
Lihatlah,
betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia
kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai
sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita,
sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang
menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh
sifat manusia, tetapi tidak seorangpun
yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak
terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita
mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.
Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air
pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku,
adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat
menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air
tawar.
Siapakah di
antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik
menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu
mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta
melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat
yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari
setan-setan. Sebab di mana ada iri hati
dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan
jahat. Tetapi hikmat yang dari atas
adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas
kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran
ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
___
No comments:
Post a Comment